Moes dan Dua Malaikat Kecilnya


Moes dan Kaysa

Adalah Moestain, salah satu teman dekat saya saat MP masih eksis. Saya mengenalnya sebagai seorang pemuda yang humoris, hangat dan bersahabat. Di MP dia terkenal dengan slogannya Jaga Sabudi (Jaga Sastra dan Budaya Indonesia) yang dia sematkan di setiap komennya. In real life, Moes adalah pencetus TeWate yaitu Temu Wajah Teman, sebuah acara kopdar yang diadakan tiap hari jadi Multiply Indonesia. Moes yang saat itu masih menempuh study di Arab Saudi menyempatkan diri untuk mengkoordinir kami MPers Jatim menyelenggarakan TeWaTe, saya benar-benar salut dengan semangatnya itu. He is such a good friend.
Time flies, Moes telah menyelesaikan studynya dan pulang ke Indonesia. Kami sempat hilang kontak karena dia berganti-ganti nomer HP and as you know our beloved MP is gone. Komunikasi kami terjalin lagi di Facebook dan saya mendengar kabar dia menikah dengan gadis yang merupakan temannya di bangku SMA. Namanya Retno. Sepertinya rasa cinta Moes pada Retno begitu besar sehingga dia menyematkan akronim nama Retno di belakang ID MP-nya: Musayka Reviros. Hmm you are such a romantic man too bro.

Kabar Duka dari Batu

Sayangnya setelah menikah saya tidak pernah melihat lagi akun facebook Moes di beranda saya. Belakangan saya baru tahu kalau Moes menghapus akunnya tersebut. Lalu kemudian datanglah kabar duka itu: Retno meninggal dunia karena pembengkakan jantung. Dia meninggalkan Moes bersama dua anak kembar mereka yang baru berusia sebulan: Kahlil dan Kaysa.
Aah Moes, usiamu masih muda namun kau sudah harus menghadapi ujian seberat itu. Pasti kepergian istrimu itu sangat memukul hatimu. Apalagi Retno meninggalkan dua buah hati yang masih sangat membutuhkan ASI, kasih sayang dan perawatan seorang ibu, tidak terbayangkan bagaimana hati dan perasaan Moes saat musibah itu terjadi.
Saya lalu menyebarkan berita duka tersebut ke group ex MP yang baru saya bentuk di Wasap dan BBM. Tergerak oleh keinginan untuk menghibur dan meringankan duka yang dialami Moes, saya mengajak teman-teman MPers Malang untuk mengunjungi Moes. Kebetulan Moes saat ini tinggal sementara di rumah Retno di Batu.
Alhamdulillah teman-teman pun antusias dan banyak yang ingin ikut. Bahkan mereka setuju saat saya mengusulkan untuk urunan uang yang akan kami berikan kepada dua buah hati Moes. Bahkan Avizena menyanggupi akan menberikan donasi ASI untuk Kahlil dan Kaysa. Rencana awal kami datang ke rumah Moes tanggal 30 Agustus karena tanggal 23 kami sudah ada rencana untuk pulang ke Blitar. Pun beberapa teman  luangnya tanggal 30 juga. Namun rencana harus kami ubah karena ternyata Moes akan balik ke Jombang setelah tahlilan 7 hari meninggalnya Retno yaitu hari Kamis. Setelah berembug kami putuskan untuk ke rumah Moes Sabtu tanggal 23 dan meminta Moes untuk menunda kepulangannya sampai hari Minggu.
Allah memang menyayangi Kahlil dan Kaysa, buktinya Dia menggerakkan hati Mbak Katerina untuk melakukan hal yang serupa. Di status FB-nya dia mengajak teman-temannya untuk memberikan donasi tali kasih untuk Kahlil dan Kaysa. Saya lalu menulis di komen bahwa donasi teman-teman bisa dititipkan kepada MPers Malang. Allahu Akbar, sampai hari H donasi yang terkumpul di dua rekening saya dan yang diberikan langsung oleh MPers Malang mencapai nilai Rp.1.500.000. I’am really proud and thanks a lot to all my friends, especially to Ex MP friends. Although MP has gone few years ago, but our brotherhood is still strong.

Terjebak di Gang Labirin

Sesuai kesepatakan hari Sabtu kami berangkat dari Malang pukul 10.00 pagi. Kami sekeluarga dan Keluarga Ale-Vivi sengaja berangkat lebih awal karena letak rumah kami yang lebih jauh. Sedangkan Mas Welly tetap jam sepuluh. Avizena baru berangkat siang hari sedangkan yang lain urung ikut karena ada urusan penting yang tidak bisa ditinggalkan.
Sesampainya di Alun-Alun Batu kami lalu mengikuti rute yang sudah diberikan Moes, dengan mudah kami menemukan gang tempat tinggalnya. Namun setelah masuk di gang tersebut kami-saya sih lebih tepatnya- sedikit bingung karena tidak kunjung menemukan nama Jalan Lahor yang diberikan Moes. Ketika sampai di dekat jembatan saya inisiatif bertanya kepada para tukang ojek yang mangkal di situ. Salah satu dari mereka bilang kalau jalan yang kami ambil salah karena Jalan Lahor ada di gang berikutnya.
Kami lalu berputar dan mencari gang yang dimaksud, Alhamdulillah ketemu Jalan Lahor. Namun lagi-lagi kami kebingungan saat mencari nomer rumah Moes yaitu nomer 339. Kami lalu bertanya kepada ibu-ibu yang sedang berkumpul di pojokan.
“Mas masuk aja ke jalan kecil ini. Nanti belok kanan trus belok kiri lalu belok kanan lagi trus belok kiri lagi. Nah rumahnya Retno di sebelah kiri, depannya toko.”
Its sounds easy, just over twice, right and left. Namun setelah kami masuk dan mengikuti petunjuk ibu tersebut kami malah tersesat di gang labirin dan makin bingung harus jalan kemana lagi. Perasaan kami sudah berbelok ke kakan, kiri, kanan dan kiri lagi tapi kok nggak ketemu rumah Moes. Untunglah ada seorang pemuda yang baik hati mau mengantar kami. Thanks God, akhirnya kami pun menemukan rumah nomer 339.

Bertemu Dua Malaikat Kecil

Moes, masih sama seperti Moes yang saya kenal, dia menyambut kedatangan kami dengan hangat, seperti tidak terjadi apa-apa dalam hidupnya. Bukannya dia tidak bersedih dengan kepergian istrinya namun saya melihat dia adalah pria yang kuat, tabah dan pandai menyembunyikan kesedihannya.
Moes lalu menggelar karpet yang dilipat di ruang tamu, tak lama ibu mertuanya ikut keluar menemui kami. Wajahnya nampak teduh dan masih kelihatan gurat kesedihan, ibu mana yang takkan merasa kehilangan jika putrinya yang masih muda itu sudah dipanggil duluan oleh Sang Kuasa.
Moes masuk ke kamar dan kemudian keluar bersama salah satu anaknya, Kahlil. Melihat Moes menggendong Kahlil membuat saya teringat kembali saat Aiman baru lahir. Merasa diberkahi dan bahagia sekali menerima anugerah dari Sang Illahi. Namun saya tidak tahu apa yang sebenarnya dirasakan Moes saat ini, saya hanya bisa berdoa semoga dia selalu dikuatkan oleh Allah melanjutkan hidup bersama kedua malaikat kecilnya.
“Kahlil ini sukanya digendong, dia kalau nyusu kuat. Sedangkan Kaysa sukanya tidur. Kaysa kalau lagi menyusu trus mendengar Kahlil menangis, dia akan berhenti menyusu agar kakaknya bisa bergantian menyusu pada ibunya. Sedangkan Kahlil kalau sudah menyusu tidak peduli sekitar, nyusu terus.”
Kami tertawa mendengar cerita Moes, Mama Aim dan Vivi membenarkan kalau bayi cewek itu sukanya tidur dan bayi cowok nyusunya kuat. Aah ini kenapa jadi terbalik, kenapa Moes yang malah menghibur kami, bukan sebaliknya?
Mama Aim meminta Kahlil dari gendongan Moes untuk disusui, sedangkan saya meminta ijin untuk melihat Kaysa yang sedang tidur di kamar. Rasanya hati ini jadi trenyuh melihat Kaysa yang tertidur pulas di atas kasur. Oh Nak, engkau pasti merindukan belaian kasih ibumu.

Mama Ivon dan Kahlil

Hingga tiba sholat dhuhur kami lebih banyak menghabiskan waktu dengan bertukar cerita hal-hal yang menyenangkan dan ringan lainnya. Saya pribadi dan teman-teman yang lain mungkin juga merasakan hal yang sama, tidak sampai hati untuk menanyakan secara detail kepada Moes tentang sakit yang diderita oleh mendiang istrinya.
Setelah sholat saya menghampiri Moes yang duduk di pojokan.
“Sebenarnya pas Kamis itu keadaannya sudah membaik. Degup jantungnya sudah normal, malah dokternya bilang kalau Sabtu sudah boleh pulang. Tapi ntah alatnya yang eror atau apa, degup jantung Retno yang tadinya sekitar seratusan mendadak pada hari Jumat itu anjlok hingga dua puluh lima.”
“Hmm apakah Retno punya riwayat penyakit jantung sebelumnya?” Tanya saya hati-hati.
“Nggak ada. Dia punya riwayat penyakit asma.”
Menurut cerita Moes penyebab pembengkakan jantung Retno bisa jadi karena kehamilan atau proses operasi caesar yang dijalaninya. Saat hamil kedua buah hatinya, perut Retno memang terlihat sangat besar. Kemungkinan kehamilannya yang besar itu menekan organ-organ di dalam tubuhnya, termasuk jantung. Yang mengherankan adalah kehamilan kembar itu baru diketahui saat kandungan Retno berusia 9 bulan. Jadi dugaan saya mungkin karena itu kesehatan Retno kurang terpantau secara maksimal, wallahu’alam. Sungguh aneh memang, padahal tiap bulan mereka rajin ke dokter dan pastinya diperiksa dengan USG. Malahan bidan yang terakhir memeriksa Retno bisa tahu bahwa bayi yang dikandungnya kembar hanya melalui rabaan saja.

Saya dan Kahlil.

Yang sudah terjadi memang takkan bisa kembali meski kita menyesalinya sedalam apapun. Namun setidaknya kita bisa belajar dari pengalaman orang lain agar kejadian serupa tidak terulang. Yang bisa kita lakukan sekarang adalah mendokan semoga mendiang Retno ditempatkan oleh Allah di surga-Nya yang indah. Kami yakin kepergiannya itu telah dicatat oleh Allah sebagai syahid karena dia telah berjuang mengorbankan keadaan dirinya demi kelahiran kedua buah hatinya. Bahkan Moes bercerita kalau sehari setelah berada di rumah sakit itu Retno melakukan pumping agar tetap bisa menyusui kedua malaikat kecilnya. Sungguh, pengorbanan dan kasih sayang seorang ibu memang takkan lekang oleh waktu dan keadaan.
Menjelang sore kami berpamitan pulang. Tak lupa kami memberikan titipan tali kasih dari kami semua untuk Kahlil dan Kaysa. Semoga apa yang kami berikan tersebut bisa bermanfaat bagi mereka.
Moes, kami percaya Allah takkan salah memilih hamba-Nya ketika memberikan ujian. Kami yakin engkau pasti bisa melalui ini semua dengan baik. Semoga Allah menjadikanmu Ayah yang kuat lahir dan bathin agar bisa merawat dan mendidik kedua malaikat kecilmu dengan baik. Doa kami para sahabatmu akan selalu menyertaimu agar Allah memberikan kebahagiaan dan keberkahan di dalam kehidupan kalian sekeluarga, aamiin.

19 comments

  1. Terharu JD nangis :) semoga Moe's diberi ketabahan. Allah selalu memverikan terbaik

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin, terakhir aku liat foto Moes di sosmed nampak bahagia bersama kedua anaknya.

      Delete
  2. Terharu JD nangis :) semoga Moe's diberi ketabahan. Allah selalu memverikan terbaik

    ReplyDelete
  3. mau komen apa ya, tulisannya bikin haru...
    semoga ditempatkan di tempat terindah, Amin :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin, makasih doanya. Slam kenal n makasih udah mampir n komen Mbak sari :-)

      Delete
  4. ya, itulah takdir Allah siapa yang tahu, hanay keikhlasan yang kita punya untuk menghadapi kehidupan selanjutnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener sekali Mbak, semoga kita kelak juga diberi keikhlasan jika ditinggalkan orang tercinta/salah satu keluarga kita, aamiin.

      Delete
  5. Baru sekali ketemu Moes waktu acara aqiqah Lala di Surabaya. Moes dateng naik vespa, katanya langsung dari Madura. Aku dibawain oleh-oleh, trasi dari Madura. Moes teman yang baik dan menyenangkan. Semoga Kahlil dan Kaysa jadi anak sholeh dan sholeha yang selalu jadi penyejuk bagi Moes, juga keluarganya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener Dee, dia tuh periang dan bikin rame suasana kalau pas kopdar.
      Aamiin, aku yakin Kahlil dan Kaysa mampu menjadi pelipur lara hati Moes.

      Delete
  6. Biyen sik tenar tag line e, Musayka is me, Reviros is yours :')
    si moes sering nraktir nek dolan nang jogja, moga2 selalu dikuatke njogo si kembar

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aku baru ngeh Reviros itu nama calon istrinya setelah dia cerita itu.
      Aamiin Yo.

      Delete
  7. Semoga Moes tabah dan kuat. Aamiin.ira

    ReplyDelete
  8. Ya Allahhh, aku tahuuu Om Moes ini... Mas Welly juga tahuuu...
    Orang baik dan kuat cobaannya banyak :')

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah kita dulu nggak kontakan ya di MP.
      Iya bener Mbak Una, kasihan.

      Delete
  9. Semoga Allah memberikan banyak berkah dan rejeki bagi Bang Moes.. :'D

    ReplyDelete
  10. Jadi kangen sama Moes. Wan, Moes udah ke Palembang loh, kamu kapan? :D
    Moes, semoga terus semangat membesarkan ke-2 buah hatinya ya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Beneran?? Gila si Moes ini melanglang buana ke mana saja.
      Aamiin, Kahlil n Kaysa sekarang tinggal sama Mbaknya Moes, dia nengoknya PP Jombang-Surabaya.

      Delete

Popular Posts