Yogyakarta: Kota Istimewa Penuh Kenangan


Keluarga Biru goes to Yogyakarta



“Pa, nggak lupa bawa KTP khan?” tanya Mama Ivon di dalam taksi yang membawa kami ke Stasiun Kota Baru Malang.
“Hmm bentar…” saya lalu merogoh ke saku kanan jaket biru saya.
Saya mengambil kartu-kartu yang ada di sana.
Tidak ada. Mungkin di saku kiri.
Duh tidak ada juga. Pasti ketinggalan di tas ransel.
“KTP-nya ketinggalan Ma.”
“Hah, kok bisa sih Pa. Tadi Papa yang ngingetin Mama jangan sampai ada yang ketinggalan. Eh sekarang malah KTP Papa yang ketinggalan. Ntar Papa nggak boleh naik kereta, ayo balik aja.”
“Kan ada SIM, masa nggak boleh? Ini sudah di Kasin, masa balik lagi.”
“Sudah daripada resiko, mending balik saja.”
Akhirnya saya meminta sopir taksi untuk kembali lagi ke rumah meski kami sudah hampir separuh perjalanan. Dalam hati saya menyalahkan diri sendiri yang pelupa sehingga membuat kami berada dalam situasi yang sulit ini. Saya tidak henti melihat jam di hape, semoga kami tidak ketinggalan kereta.



***



Kereta Malioboro Express yang kami naiki melaju dengan kencangnya meninggalkan Stasiun Kota Baru Malang. Saya masih deg-degan karena tadi hampir saja ketinggalan kereta, sementara Mama Ivon sudah duduk tenang dan Aim asyik melihat-lihat ke jendela kereta. Ini adalah perjalanan pertama kami menggunakan kereta api. Sudah lama kami ingin mengajak Aim naik kereta jika mudik ke Blitar namun tidak pernah kesampaian. Kereta berhenti di beberapa stasiun kecil di sekitar Malang, salah satunya Stasiun Kepanjen. Di stasiun tersebut sudah ada Ipin yang menunggu kami, dia adalah teman kerja saya yang menjadi rekan saya menjalankan tugas belajar di Yogyakarta.



Perjalanan dari Malang-Yogyakarta memakan waktu kurang lebih tujuh jam, Alhamdulillah Aim bisa menikmatinya. Dia senang melihat pemandangan lewat jendela, bercanda dengan kami berdua bahkan mendapat teman baru seorang gadis berusia sekitar lima tahun. Untuk soal makanan tidak perlu pusing, Mama Ivon sudah mempersiapkan dari rumah. Mulai dari nasi untuk sarapan hingga camilan ringan kesukaan Aim yaitu biskuit. Tapi meskipun begitu kami tetap membeli makanan di dalam kereta karena menginjak tiga perempat perjalanan kue cemilan Aim habis.
Barang bawaan kami cukup banyak, satu koper sedang, satu tas ransel, dua kardus berisi cemilan khas Malang dan satu tas kain yang berisi cemilan. Untung saja di kereta api tersedia tempat untuk menampung barang bawaan kami itu.
***
Pukul lima sore kami akhirnya tiba di Stasiun Tugu Yogyakarta. Kami segera mencari alat transportasi untuk mengantarkan kami mencari tempat penginapan, sedangkan Ipin ke bagian customer service untuk mengubah jenis tiket kepulangannya, dari ekonomi ke bisnis. Beberapa penarik becak langsung menyerbu ketika melihat kami berjalan di halaman parkir stasiun. Dengan barang bawaan sebanyak itu sebenarnya kami ingin naik taksi namun karena tidak kunjung kelihatan akhirnya kami putuskan naik becak saja. 



Setelah mencari-cari hotel dan penginapan berdasarkan hasil gugling dan informasi dari teman, kami memilih Hotel Nusantara sebagai tempat kami bermalam selama dua hari di Yogyakarta. Sebagai tempat wisata yang tidak pernah sepi tarif per malam hotel dan penginapan di sini cukup mahal. Di pencarian pertama kami di suatu hotel yang bernuansa etnik, dengan uang 300ribuan kami mendapatkan kamar superior tanpa air panas. Wah berabe neh, gimana nanti kami memandikan Aim. Kasihan dia jika malam-malam harus mandi dengan air dingin. Alhamdulillah di Hotel Nusantara dengan tariff yang sedikit lebih murah kami malah mendapatkan kamar superior dengan air panas.
***




Tujuan utama kedatangan saya ke Yogyakarta adalah untuk mengikuti tes masuk ke salah satu PTN di sana. Alhamdulillah lokasi PTN tersebut sudah kami temukan di hari pertama kedatangan sehingga besoknya saya dan Ipin bisa mengikuti tes tanpa datang terlambat. Soal-soal yang diberikan dalam tes masuk ada yang mudah namun lebih banyak yang sulit wekekeke. Terutam soal numerik (matematika) dan bahasa. Saya sampai pusing menyelesaikan soal numerik karena banyak sekali model rumus dan perhitungan terbaru yang tidak saya ketahui. Yang paling parah soal bahasa, ada dua bahasa yang diujikan yaitu bahasa Arab dan Inggris. Untuk bahasa Inggris tidak masalah karena saya menyukainya meski nggak jago-jago amat. Nah bahasa Arabnya itu yang parah, soal-soal yang diberikan menggunakan huruf Arab pego yang tidak ada harakatnya. Maklum, PTN yang akan kami masuki ini memang perguruan tinggi Islam.
Tugas negara sudah selesai, sekarang saatnya bersenang-senang. Malioboro sudah pasti menjadi objek wisata yang tidak boleh dilewatkan, dari wisata kuliner hingga wisata fashion tersedia di sini. Kami membeli oleh-oleh untuk keluarga tercinta di rumah, buat para ponakan tercinta yang seumuran dengan Aim kami belikan rok batik cantik dengan model, motif dan warna-warni yang lucu dan menarik. Sedangkan untuk yang lain kami belikan bakpia patok, salah satu oleh-oleh khas Yogyakarta.
Untuk kuliner, tidak afdhol rasanya jika wisata ke Yogyakarta namun tidak mencoba makan di angkringan. Sengaja kami tidak makan di Malioboro karena sudah menjadi rahasia umum jika harga makanan di sana mahal, maklum di sana kan emang tidak hanya membeli makanan tapi juga ‘membeli suasana’ Malioboro yang khas.




Aim seneng banget melihat dokar yang berseliweran baik itu depan hotel maupun saat jalan-jalan ke Malioboro. Berkali-kali dia minta untuk naik dokar, kami baru mengabulkan permintaannya di malam kedua di Yogya.
“Ho kar Pak, ho kar..” begitu ucapnya setiap kali melihat dokar.
Sebenarnya Aim sudah pernah naik dokar di Malang namun karena di Yogya dokarnya lebih etnik dan kusirnya memakai pakaian tradisional Jawa Tengah sehingga makin membuatnya tertarik.

Objek wisata yang kami kunjungi hanya satu yaitu Candi Prambanan. Untuk menuju ke sana kami menggunakan bus Trans Yogya, cukup bayar sekali dan pindah di beberapa shelter sudah mengantarkan kami ke candi yang cantik dan megah tersebut. Nanti akan kami ceritakan di tulisan tersendiri bagaimana keseruan kami berwisata ke Candi Prambanan.



***
Yogyakarta, memang sebuah kota yang istimewa. Kota inilah yang menjadi destinasi utama saat kami melakukan honeymoon backpacker tiga tahun yang lalu. Mama Ivon dulu pernah bekerja di kota gudeg ini selama beberapa bulan, sedangkan saya sendiri sudah beberapa kali ke sini dan tidak pernah sedikitpun merasa bosan. 


Di hari kedua setelah mengikuti ujian, kami pun segera berkemas meninggalkan kota Yogya tercinta. Setelah berpamitan sama Ipin kami lalu check out dan pergi ke shelter Trans Yogya di Malioboro. Alhamdulillah sepanjang perjalanan menuju Terminal Tirtonadi bus yang kami naiki sepi penumpang, Allah mendengar doa saya. Tidak terbayangkan jika kami harus berdesak-desakkan dengan membawa anak umur dua setengah tahun yang superaktif dan barang bawaan yang bejibun banget itu. Untuk mengurangi beban, oleh-oleh khas Yogyakarta dan beberapa barang lainnya kami kirim dulu ke Malang lewat jasa pengiriman ekspress. Tujuan kedua travelling Keluarga Biru adalah kota Solo. Di sana kami akan pergi ke Matesih, yaitu tempat tinggal neneknya Mama Ivon, Mbak Kinah.


26 comments

  1. Replies
    1. Toss Mbak Ipah dan salam kenal ya. makasih udah mampir n komen :-)

      Delete
  2. Boleh kok pake SIM. Yang penting ada identitas. Tapi ntah ya kalau di sana ketat banget. Walau menurutku agak lebay juga, wong bikin SIM kan kudu pake KTP. :p

    Itu hotelnya bakalan direview gak wan? penasaran juga soalnya dengan hotel murmer tapi ada air panasnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya pas sampai di stasiun aku tanya petugasnya ternyata boleh kok pakai SIM tapi berhubung aku mau keluar kota seminggu jadi buat jaga-jaga aja bawa KTP.
      Udah aku review Yan dan balas komenmu :P

      Delete
  3. jogja oh jogja, kau sangat istimewa... hihihi

    ReplyDelete
  4. Saya malah belum pernah ngajakin anak2 ke candi prambanan, seringnya ke candi2 lain yang banyak tersebar di deket rumah:) Anak saya ga berani je naik dokar, padahal emaknya pengen, hehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Lho masa sih Mbak? Kan dekat dari rumah, perasaan Mbak dulu pernah posting tentang rusa di Prambanan kirain udah ke sana.
      Takut sama kudanya ya Mbak? :D

      Delete
  5. dan,saya belum pernah ke candi prambanan..mupeng banget mbak baca ceritanya..
    Salam kenal^^

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga diberi rezeki bisa ke Prambanan Mbak.
      Ini saya Ihwan yang nulis, nanti salamnya disampaikan ke istri he3

      Delete
  6. Seru banget ya perjalanannya... Aim seneng banget nih diajak jalan2 ke banyak tempat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah Aim seneng dan menikmati setiap objek yang kami datangi Mbak. Semoga nanti bisa mengulanginya lagi di kota-kota lain.

      Delete
  7. Duh... kota ini sejak masuk kuliah sampai sekarang belum juga aku sentuh. Padahal dulu pengen kuliah ditempat ini, tapi ujung-ujungnya gak jadi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayo Mas mumpung masih muda dan single, langkahkan kaki kemana hati menuntun agar biar mengeskplor keindahan Indonesia.

      Delete
  8. jogja selalu mengesankan. pengennya suatu saat bisa ngajak mama jalan-jalan ke Jogja :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin, semoga keinginan mulia Mbak bisa segera terwujud.

      Delete
  9. Ini traveling seru keluarga biru. Aim sehat dan kuat selama perjalanan. Hebat Aim. *emak dan bapaknya cuekin dulu*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah Mbak, walaupun kadang rewel tapi dia tetap ceria dan sehat sepanjang perjalanan.

      Delete
  10. Foto Aim yg sendiri baguuuss banget :)

    ReplyDelete
  11. Salam hangat dari wong Yogya tulen. Semoga Yogya selalu istimewa bagi siapa saja.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam dari Wong Malang Mbak. Ditunggu sowannya ke bumi Arema :-)

      Delete
  12. Aku ae te mrene gurung keturutan. :'( Iriiiii

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nggak usah ngiri Nis, nabung aja nanti pasti keturutan he3

      Delete

Popular Posts