Pekan Raya Malang 2015: Seribu Payung Seribu Mimpi di Taman Krida





Pada tanggal 10-13 September 2015 di Malang diselenggarakan sebuah event pameran bertajuk Pekan Raya Malang 2015: Seribu Payung Seribu Mimpi di Taman Krida. Event yang bertempat di Taman Sasana Krida di kawasan Soekarno-Hatta ini diikuti oleh berbagai macam produsen barang mulai dari Usaha Kecil Mandiri (UKM) hingga perusahaan-perusahaan besar yang sudah mempunyai nama. Untuk masuk ke Pekan Raya Malang para pengunjung dikenakan tiket masuk sebesar Rp.10.000.


Mama Ivon yang tergabung dalam grup kuliner AKU HALAL (Aneka Kuliner Halal) ikut berpartisipasi juga di dalam Pekan Raya Malang 2015 ini. Tiap peserta pameran dikenakan biaya sewa stand yang besar kecilnya tergantung luas stand yang dipakai. Harganya berkisar antara Rp.1.500.000 hingga Rp.2.500.000. Grup AKU HALAL mendapatkan stand di bagian ujung yang berdekatan dengan pintu keluar seharga Rp.2.500.000, karena yang ikut 10 anggota maka tiap orang membayar Rp.250.000.
Karena Mama Ivon jadi peserta pameran maka otomatis saya tiap hari datang ke pameran untuk mengantar dan menjemputnya. Bahkan H-1 kami bertiga datang ke Taman Krida untuk gotong-royong menata stand AKU HALAL. Meskipun tiap hari ke pameran namun saya baru melihat-lihat ke pameran di hari ketiga dan keempat. Yang pertama saya datang sendirian sedangkan yang kedua bersama Aiman.




Ketika kita memasuki area Pekan Raya Malang 2015 maka pengunjung akan disambut dengan instalasi payung warna-warni yang menghiasi jalan. Tema Seribu Payung Seribu Mimpi mereprentasikan mimpi dan harapan para pelaku bisnis untuk meraih kesuksesan melalui pameran ini. Siang itu ketika saya masuk ke area pameran suasananya masih sepi, maklum sih karena cuacanya sedang panas-panasnya. Di bagian kanan tampak deratan mobil-mobil produksi Toyota, salah satunya adalah Toyota Agya.




Di sebelah stand Toyota saya melihat stand batu akik yang memang lagi happening saat ini. Iseng-iseng saya memotret stand tersebut, eh mas-mas penjaga standnya malah pasang pose pengin eksis. Melihat sikapnya yang ramah, saya pun tergerak untuk mengajaknya ngobrol. 




Mas penjaga stand batu akik ini ternyata berasal dari Garut, Jawa Barat. Sebut saja namanya Ujang, dia jauh-jauh datang dari Garut untuk berpartisipasi dalam Pekan Raya Malang ini. Namun sayang, harapan Ujang untuk meraup untung besar dari bisnis akiknya ini jauh dari kenyataan. Penyebabnya adalah mahalnya harga tiket masuk sehingga pameran sepi pengunjung.




Memang benar sih, kata Mama Ivon Pekan Raya Malang 2015 di hari pertama terbilang sepi pengunjung. Selain mahalnya harga tiket masuk, kurangnya promosi menyebabkan banyak warga Malang yang tidak mengetahui event ini. Sayang sekali memang, padahal di Malang sudah lama tidak diadakan pekan raya atau expo pembangunan. Seharusnya pihak EO lebih gencar mempromosikan event tersebut karena bisa menjadi pengobat rindu warga Malang.
Faktor ketiga yang membuat Pekan Raya Malang 2015 sepi pengunjung adalah dari segi lokasi. Meskipun Taman Krida sudah terkenal di Malang namun warga Malang di bagian selatan enggan untuk menempuh jarak sejauh itu ke lokasi pameran yang berada di Malang bagian utara. Belum lagi nanti harus terjebak macet di jembatan Suhat yang tiap hari dipenuhi kendaraan itu. Trus juga para peserta kuliner juga harus bersaing dengan penjual makanan di depan Taman Krida yang tentunya sudah mempunyai pelanggan setia.
Akan lain ceritanya jika Pekan Raya Malang 2015 kemarin diadakan di Lapangan Rampal, dengan lokasi yang tepat berada di tengah kota Malang maka akan membuat warga Malang tertarik mendatanginya. Minimal bisa menyamai kesuksesan yang dicapai oleh Simpati KickFest 2015 yang meskipun harga tiket masuknya Rp.20.000 namun tetap ramai pengunjungnya.


Dari stand batu akik milik Ujang saya lalu berjalan melihat stand-stand yang lain, ada stand barang-barang kerajinan seperti lukisan, bunga hias, mainan anak, beberapa merk handphone dan provider kartu selular. Sama seperti stand batu akik, keadaannya juga adem ayem. 





Di bagian lain saya menemukan lagi stand batu akik yang ternyata juga sama-sama berasal dari Garut, Jabar. Di stand ini saya melihat lebih banyak jenis-jenis batu akik, mulai dari yang ukuran kecil hingga yang sebesar buah papaya sedang. Dari yang warnanya polos hingga yang mempunyai gradasi warna, bahkan ada yang menyerupai lukisan pemandangan. Trus juga dari yang imitasi dengan harga murah hingga yang terbentuk oleh alam dengan harga jutaan.






Salah satu batu akik yang menarik perhatian saya adalah Batu Akik Sulaiman. Ada salah satu jenis batu akik Sulaiman yang disebut Junjung Derajat. Batu ini mempunyai motif berupa garis yang membentuk segitiga terbalik, mirip dengan motif pada badge pangkat ABRI dan PNS. 




Menurut mas-mas penjual akik batu Junjung Derajat ini banyak diminati oleh ABRI dan PNS, selain karena motifnya yang unik, batu tersebut dipercayai bisa membantu sang empunya meraih jabatan/derajat yang tinggi. Meskipun saya PNS namun saya sama sekali tidak tertarik untuk membelinya, selain harganya yang mahal saya juga lebih percaya jika jabatan/derajat yang tinggi bisa diraih dengan bekerja sepenuh hati dan terbaik yang kita bisa lakukan.




Tibalah saya di stand AKU HALAL. Hari itu dresscode-nya adalah kuning sehingga semuanya memakai baju kuning, termasuk Mama Ivon. Banyak sekali aneka kuliner yang dijual di stand AKU HALAL antara lain Tahu Ceples, Mie Serdadu, Baby Cane, Otak-Otak, Tahu Tuna, Macaroni Aneka Rasa, Coklat Singo dan lain-lain. Sedangkan Mama Ivon membuat Amris (American Risoles), Pie Brownies dan Puding. 



Yang saya salut dari anggota AKU HALAL, meskipun pengunjung pameran masih sepi namun mereka tetap bersemangat menawarkan makanan-makanan kreasi mereka. Seperti bisnis-bisnis lainnya, terjun di dunia kuliner itu memang penuh tantangan dan menuntut kreatifitas dan semangat juang yang tinggi. Event-event pameran seperti Pekan Raya Malang dan lainnya menjadi ajang promosi untuk memperkenalkan produk kuliner mereka pada masyarakat. Untuk masalah keuntungan sih tergantung rejeki masing-masing, bisa impas atau balik modal aja sudah bagus tapi kebanyakan sih tekor wekekeke. #CurcolDetected




Demikian liputan ala-ala Papa Ihwan tentang Pekan Raya Malang 2015: Seribu Payung Seribu Mimpi di Taman Krida. Semoga pihak Pemkot Malang tidak kapok menyelenggarakan acara serupa tahun depan karena bisa menjadi ajang promosi bagi para UKM. Yang perlu diperbaiki adalah dari segi promosi, lokasi dan tiket masuk sehingga nanti bisa lebih sukses dari yang sekarang, aamiin.


12 comments

  1. Batu akik masih exist aja yaa dmn2.hihi...

    ReplyDelete
  2. Kapan jadinya mau beli batu akik? hehehe

    ReplyDelete
  3. Sekarang pameran dimanapun tak luput dari batu Akik ya. Aku kemarin datang ke Pameran semen Gresik, penuh dengan penjual batu Akik. Sayang aku lagi males ngeliput, hehehe

    ReplyDelete
  4. Festival payungnya keren pak. Eh... tu batu akik masih eksis juga ya sampai sekarang, padahal beritanya sudah meredup.

    ReplyDelete
  5. Saya juga pernah nih, ngadain acara payung-payungan kayak gini, disekitar bandung.. Seru juga, Ternyata dimalang gak kalah seru toh. Hihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Untuk penyewaan payung kayak gitu di daerah malang mana ya mas mohon info

      Delete
    2. Untuk penyewaan payung kayak gitu di daerah malang mana ya mas mohon info

      Delete
  6. sayang yaa banyak yang belum tau pameran itu :)

    ReplyDelete
  7. wii, keren-keren ada banyak hiasan payung-payung gitu :D

    ReplyDelete
  8. Sayangnya saat itu belum punya motor, jadi hanya bisa menden di hati. Heheh

    ReplyDelete
  9. Pengalamannya menarik, ikut mendoakan semoga sukses :D

    ReplyDelete

Popular Posts