What is Your Side Job 2: Kenangan Bersama Mozaik




Mozaik Indie Publisher

Sekarang ini hampir semua orang memiliki pekerjaan sampingan atau side job, apalagi buat yang sudah berkeluarga seperti saya. Di saat kebutuhan rumah tangga semakin meningkat, hutang bertambah sementara gaji masih segitu-gitu aja, maka sebagai kepala rumah tangga saya musti berpikir kreatif agar dapur tetap mengepul, Mama Ivon tetap tersenyum manis dan pampers-nya Aim tetap terbeli. #CurcolBanget Setelah kemarin saya menuliskan 2 side job yang pernah saya jalani yakni Loper Koran dan MLM, sekarang saya akan lanjut dengan side job ketiga yaitu Owner Penerbitan.

 Mozaik Indie Publisher
 
Sejak terjun di dunia menulis saya memang sudah memiliki impian kelak ingin mendirikan penerbitan besar seperti Gramedia dan Gagas Media. Karena masih konsen menulis buku solo dan belum tahu harus memulai dari mana maka impian itu masih tergantung di langit. Dalam proses menulis buku solo, saya baru tahu kalau penulis idola saya yaitu Dewi Dee Lestari ternyata dulu menerbitkan sendiri novel perdananya yang sukses bingiitt yaitu Supernova. Lalu saya juga melihat kiprah seorang teman yang mendirikan penerbitan indie juga dan hal ini mendorong saya untuk terjun di dunia penerbitan indie.

Awalnya saya mencoba dulu menerbitkan novel kedua saya di sebuah penerbitan indie di Yogyakarta, judulnya Partisi Hati. Selang satu tahun kemudian barulah saya memantapkan hati untuk mendirikan penerbitan indie sendiri. Awalnya saya memberi nama Mozaik Publishing House namun karena ternyata nama itu sudah dipakai oleh penerbit luar negeri saya menggantinya menjadi Mozaik Indie Publisher. Nama Mozaik saya pilih karena saya ingin penerbitan saya nanti bisa menjadi wadah bagi semua penulis dari berbagai kalangan dan genre.
Beberapa step yang saya tempuh ketika mendirikan Mozaik antara lain: menyusun team Mozaik, Alhamdulillah Mama Ivon mau membantu sebagai editor dan saya mempunyai dua kawan yang jago design cover yakni Mas Roel dan Rana. Trus mengurus akte pendirian CV agar bisa mengurus ISBN di Perpusnas RI, mencari percetakan yang mau melayani cetak buku dalam jumlah sedikit dan menulis buku baru sebagai debut pertama Mozaik. Alhamdulillah tiga hal di atas bisa saya laksanakan dengan baik, maka terbitlah buku pertama terbitan Mozaik yaitu Anugerah di Bulan Kelahiran. 

Karena masih tergolong baru maka Mozaik pun rajin mengadakan audisi menulis buku antologi, mulai dari yang bisa dihitung dengan jari jumlah pesertanya hingga puluhan dan bikin saya lumayan pusing menyeleksinya. Buku-buku keren itu antara lain Puasa Pertamax, Pertamax Moment, Carok, Book Junkies, My Wedding Story, Cinta Terpendam, Bukan Lajang Desperado dan yang terbaru kemarin adalah Backpacker Wannabe yang saya tulis bersama teman-teman traveller yang keren seperti Mbak Lina W Sasmita, Katerina, Haryadi Yansyah dll. Mozaik juga membantu para penulis solo dan duet dalam menerbitkan bukunya antara lain Perempuan Kedua karya Mama Ivon, The Last Soul karya Bu Laksmi, Der Weg ist das Ziel karya Mbak Irawati Prillia, Love Journey besutan Dee dan Lalu Abdul Fatah trus yang terbaru adalah Perawat karya Dian Indiri Dkk.




Lewat Mozaik saya mendapatkan banyak sekali pengalaman dan pembelajaran tentang hidup dan bisnis. Saya bertemu orang-orang baru yang kemudian menjadi sahabat seperti Anisa Ae Kepompong, owner penerbit AE di Kepanjen, Mas Tri Prasetyo pemimpin redaksi penerbit Indonesia Tera dan Mas Irwan Bajang dan Mbak Yayas dari Indie Book Corner. Suka dan duka mengiringi perjalanan Mozaik, mulai dari kesuksesan Mozaik mendapatkan sponsorship dan donasi dari Multiply Indonesia, Wujudkan.org dan para investor baik hati. Sukses mengadakan beberapa launching, bedah buku dan talkshow meski lingkupnya baru lokal saja yaitu di Toko Buku Toga Mas dan Gramedia Matos. Yang membahagiakan adalah ketika teman-teman penulis mau menyempatkan diri datang jauh-jauh dari luar kota seperti Fatah, Mbak Helene, Mas Suga dan Silvani saat launching dan bedah buku Love Journey. Trus juga bagaimana ketar-ketirnya kami saat acara talkshow sudah mau dimulai namun para pengunjung masih sedikit bahkan MC-nya telat he he. 



Hal membanggakan yang pernah diraih Mozaik antara lain bisa menembus jaringan toko buku nasional Gramedia sehingga beberapa buku Mozaik berhasil nampang di rak berdampingan dengan buku-buku dari penerbit mayor. Buku-buku Mozaik yang pernah masuk di tobuk Gramedia dan Togamas antara lain Puasa Pertamax, Book Junkies, Carok, Love Journey dan The Last Soul. Mozaik juga pernah bikin gebrakan dengan membagikan 100 buku gratis untuk para pembaca dan mewajibkan mereka mereview-nya di blog. Hal itu bisa terjadi karena totalitas penulisnya yaitu Mas Adam Aksara dalam mempromosikan bukunya. Lalu pencapaian yang paling tinggi adalah ketika buku My Wedding Story diterbitkan ulang oleh penerbit Al-Kautsar. Buku MWS bercerita tentang kumpulan kisah pernikahan inspiratif dimana di dalamnya ada kisah-kisah yang menyentuh, lucu namun tetap membawa hikmah. Jika Anda berminat, silakan didapatkan di toko Gramedia terdekat he he he modus promosi.




Duka yang pernah terjadi sepanjang saya menjalankan Mozaik juga tak kalah menguji mental dan kesabaran saya antara lain ditipu oleh seorang penulis pemula, proyek dibatalkan secara sepihak oleh penulis, didamprat habis-habisan sama penulis karena jilidan bukunya rontok hingga yang paling bikin nyesek adalah ketika menerima retur buku yang begitu banyaknya dari distributor. Yaa, dunia penerbitan itu memang penuh persaingan apalagi buat penerbit indie seperti Mozaik, kami harus berjuang ekstra keras untuk bisa merebut hati pembaca. Berhasil memasukkan buku di jaringan toko buku nasional seperti Gramedia bukan berarti kesuksesan sudah ada di depan mata, buku-buku Mozaik harus puas dipajang di rak yang kurang terlihat oleh pengunjung toko buku. Selain itu juga kami harus rela hasil penjualannya dipotong sebesar 60 persen oleh distributor. 

Meskipun berbagai aral melintang saya berusaha untuk tetap tegar menjalankan Mozaik demi para Mozaiker dan pembaca buku Mozaik. Jujur saja, menekuni bisnis penerbitan tidak bisa langsung berharap akan meraup untung besar di awal. Seringkali kami sudah promo sampai mulut berbusa, jari keriting nulis status namun hasil penjualan buku tetap tak menggembirakan. Kecintaan pada dunia menulislah yang membuat saya tetap bertahan melayani penulis hingga sekarang. Namun pada akhirnya saya harus realistis, saya memang mencintai dunia menulis namun di sisi lain ada keluarga tercinta yang musti saya nafkahi.
Akun FB dan fanpage Mozaik sudah lama tidak saya urus. Sedih sih sebenarnya menelantarkan Mozaik yang sudah saya bangun dengan jatuh bangun, dengan tawa dan air mata selama tiga tahun. Namun kini hati saya sudah ada di lain tempat, awalnya saya bisa memaksakan diri namun jadi tidak maksimal dan membuat orang lain kecewa. Jadi saya sekarang akan melayani penulis dengan pertimbangan yang sangat banyak. Mungkin nanti akan ada suatu masa atau pemicu dimana saya akan tergerak untuk aktif kembali menjalankan Mozaik, semoga saja.

Fiiuh ternyata menuliskan side job sebagai owner penerbitan tidak cukup hanya selembar, tadinya mau saya tulis bareng dengan side job agen asuransi dan blogger. Perjalanan Mozaik selama tiga tahun takkan cukup dituliskan dalam tiga lembar saja. Memang sudah banyak kenangan yang saya alami bersama Mozaik, baik itu kenangan indah maupun yang buruk akan saya simpan di relung hati saya yang terdalam. Saya pun berharap semoga para penulis, pembaca, percetakan, distributor, toko buku atau siapa saja yang pernah terlibat suatu proyek dengan Mozaik semoga mempunyai satu saja kenangan indah di benak mereka tentang Mozaik, aamiin.



9 comments

  1. Aku belajar banyak dari Mozaik, Wan... lewat buku Love Journey. Seneng banget aku bisa jadi bagian dari Mozaik. Beberapa buku antologiku lahir dari tangan Mozaik :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Makasih Dee sudah menjadi bagian dari Mozaik, mohon maaf ya jika ada kesalahan atau kekurangan kami :-) *kayak mau pisahan aja :D

      Delete
  2. Biasanya 3 tahun pertama memang ujiannya banyak, mas. Apalagi klo dipegang sendiri dengan tim yang kecil. Tapi justru dari situ jadi tahu apa aja yang perlu ditingkatkan lagi. Semoga suatu saat Mozaik Indie bisa bangkit lagi ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya emang katanya dalam berbisnis itu akan ada ujian di tiga tahun pertama, kalo udah bisa melaluinya maka bisa survive. Aamiin, makasih doanya Ila.

      Delete
  3. Banyak suka duka yang sudah dilalui. Sayang kalau MOzaik tutup :)

    ReplyDelete
  4. Ntar katanya mau diturunin ke Aim bisnis penerbitannya :D

    ReplyDelete
  5. Semoga Mozaik tetap eksis. Bener sayang kalau mau ditutup Wan.

    ReplyDelete

Popular Posts