Sakitnya Ketinggalan Kereta



 
Kereta Biru (sumber pixabay.com)



Jika ditanya peristiwa paling menyakitkan yang pernah Keluarga Biru alami saat traveling, maka jawabannya adalah ketinggalan kereta. Menyakitkan bukan hanya di hati tapi juga di sini. *tunjukdompet*. Peristiwa yang tidak akan pernah kami lupakan ini terjadi ketika kami mau pulang ke Malang setelah refreshing sejenak di Yogyakarta. Bahkan kemarin saat saya mendapat tugas ikut seminar di Yogyakarta, saya masih terkenang-kenang ketika Keluarga Biru harus terpaksa bermalam di Stasiun Balapan Solo.


Singgah Sejenak di Yogyakarta

 

Ketinggalan Kereta
Menunggu Kereta di Stasiun Balapan Solo


Waktu itu kami sedang pergi ke Solo karena Mbah Kinah (neneknya Mama Ivon) meninggal dunia. Kami sudah memesan tiket kereta Solo-Malang dengan jam keberangkatan pukul 21.52 WIB. Rumah Mbah Kinah berada di pegunungan, untuk mengaksesnya hanya tersedia satu jenis angkutan umum yaitu ojek. Lalu dari terminal kecil menuju Stasiun Balapan hanya tersedia bus yang melayani sampai sore hari. Oleh sebab itu, kami pun terpaksa cabut dari rumah Mbah Kinah pagi hari pukul sembilan. Sekitar pukul 10 kami sampai di Stasiun Balapan. Karena nggak mungkin menunggu di stasiun selama 11 jam, maka kami pun memutuskan untuk singgah sejenak di Yogyakarta.
Awalnya kami mengira untuk memesan tiket jarak pendek Solo-Yogyakarta itu mudah namun ternyata harus berjuang sedikit. Maklum karena saat itu weekend dan libur Natal 2015 sehingga tiketnya laris manis. Kami kebagian tiket kereta yang terakhir dan harus menunggu satu jam. Alhamdulillah perjalanan Solo-Yogyakarta berjalan lancar, kami tiba di Yogya pukul satu siang.
Supaya baliknya tidak ketinggalan, saya putuskan untuk memesan tiket Yogyakarta-Solo begitu tiba di Stasiun Tugu. Namun ternyata untuk pemesanan tiket kereta jarak dekat minimal satu jam sebelum keberangkatan. Rencananya kami memesan tiket pukul empat sore jadi saya harus balik ke stasiun pukul tiga sore.

Kami pun memutuskan untuk jalan-jalan ke Malioboro, Benteng Vredeburg menjadi tujuan wisata kami. Suasana di sepanjang Malioboro sore itu macet banget karena jumlah wisatawan yang melonjak drastis, para pejalan kaki bercampur dengan berbagai macam kendaraan di jalanan. Becak yang kami naiki berjalan lambat membuat kami sampai bosan.


Istirahat dan Menikmati Yogya yang Macet

 
Sayang teman-teman blogger Yogyakarta tidak ada yang bisa kami ajak ketemuan. Mbak Prima dan Mbak Rian sedang merayakan Natal. Sementara Mbak Ima, Priyo dan Mbak Ardiba kesulitan menunju Malioboro karena jalanan yang macet. Memang sih kondisi Yogya di waktu itu sangat-sangat tidak nyaman, macet di sana-sini. Tak heran jika banyak wisatawan yang mengeluhkan hal ini di social media.


Perjuangan Mengantri Tiket Bersama Aiman


Kami pun segera mengisi perut sudah keroncongan, kebetulan banyak penjual makanan di depan Benteng Vredeburg. Setelah makan, saya berencana kembali ke Stasiun Tugu. Aiman yang lengket sama saya merengek untuk ikut, saya pun jadi tak tega meninggalkannya. Mama Ivon pun juga kondisinya lagi hamil sehingga takut kewalahan menjaga Aiman.
Dalam perjalanan menuju Stasiun Tugu saya sempatkan mampir ke salah satu toko penjual bakpia yang cukup popular di Yogyakarta. Para tukang becak dan andong mayoritas membawa wisatawan ke sini, jika Anda sudah pernah ke Yogyakarta mungkin sudah tahu toko yang saya maksud. 

Ketika kami tiba di Stasiun Tugu, antrian pemesan tiket Yogyakarta-Solo sangat padat. Dengan agak susah saya menerobos kerumunan orang itu. Saya bertanya kepada petugas dimana letak loket pemesan tiket Yogya-Solo. Dan saya harus gigit jari karena baru mengantri satu menit, petugas loket mengumumkan jika tiketnya habiss. Tentu saja semua calon penumpang kecewa dan menyorakinya. Bagaimana mungkin tiket kereta jam 4 sudah habis padahal baru jam 3 lewat dikit. Itu artinya tiket kereta ada yang dijual sebelum jam 3. Beberapa penumpang nyeletuk jika petugas stasiun pasti curang, menjual tiket ke penumpang lain secara illegal.

Ketinggalan Kereta
Add caption

Kereta Yogyakarta-Solo tinggal satu kloter yaitu berangkat jam 18.00. Fiuh, saya bernafas lega karena masih cukup waktunya. Tapi yang bikin gigit jari sekali lagi adalah, kami harus menunggu satu jam lagi untuk memesannya. Duh Gusti, bagaimana mungkin saya menunggu selama itu bersama balita yang superaktif ini di dalam ruangan yang penuh dengan calon penumpang ini. Kalau mau balik juga nggak mungkin. Akhirnya saya putuskan untuk menunggu.

Udara di dalam ruang pemesanan tiket itu begitu panas, wajar karena puluhan orang berkumpul jadi satu di ruangan yang tidak begitu luas. Keringat mulai membasahi pakaian saya, apalagi Aiman yang gampang sekali berkeringat itu. Untunglah, ada mbak-mbak baik hati yang mengajak Aiman bercanda. Penantian kami pun jadi terasa lebih ringan, saya kagum sama Aiman juga mbak-mbak yang pintar merebut hati Aiman. Mereka begitu cepat sekali akrab. Bahkan keakraban itu menular pada teman si mbak-mbak. Semua ikut mengajak Aiman bercanda. Saya pun jadi terbantu karena ada yang ikut ngemong Aiman. Rasanya legaaa banget ketika keluar dari tempat pemesanan tiket dengan membawa dua tiket Yogyakarta-Solo di tangan. Saya pun segera mencari ojek untuk membawa kami kembali ke Mama Ivon.

Perjalanan Yogyakarta-Solo yang Bikin Nyesek


Pukul setengah enam malam kami sudah berangkat ke Stasiun Tugu agar tidak sampai ketinggalan kereta. Rencana refresing kami di Yogyakarta pun jadi tidak maksimal karena kami tidak jadi masuk ke Benteng Vredeburg, kami hanya duduk di deretan tempat duduk yang tersedia di pinggir jalan. Sambil menghabiskan waktu menunggu senja. Bawaan kami cukup banyak juga jadi tidak mungkin bagi kami untuk berjalan-jalan. Jadinya kami bergantian menunggu barang. Meskipun begitu Mama Ivon masih sempat membeli dua daster dan saya membeli satu stel kaus untuk Aiman.
Setelah menunggu sekitar setengah jam, kami pun bisa bernafas lega karena sudah berada di dalam kereta tujuan Yogyakarta-Solo. Apalagi saat masuk ke dalam gerbong sempat harus berjuangan dengan puluhan penumpang lainya. Bahkan saya dan Aim sempat duduk terpisah dengan Mama Ivon karena berdesak-desakan dan berebut tempat duduk. Karena saking terburu-burunya kami sampai tidak sempat membeli makanan di Malioboro atau Stasiun Tugu. Akibatnya kami agak kelabakan ketika Aim bilang kelaperan. Saya segera mencari-cari di dalam tas, kali aja ada kue yang masih tersisa. Alhamdulillah masih ada sisa biskuit di dalam tas. Saya pun tak lupa berpamitan kepada teman-teman blogger Yogyakarta dan tak lupa meminta doa agar perjalanan pulang kami ke Malang berjalan lancar. 

Ketika baru berjalan sepuluh menit, kereta yang kami naiki berhenti. Saya tidak tahu penyebabnya dan tidak mau memikirkannya karena lima menit kemudian kereta sudah berjalan kembali. Tapi tak lama kemudian kereta berhenti lagi di sebuah stasiun kecil, saya tidak tahu stasiun apa namanya. Saya pun jadi heran, termasuk juga penumpang lainnya. Dan kali ini, kereta berhenti lebih lama dari pemberhentian yang pertama.
Saya dan Mama Ivon mulai kuatir karena kereta sudah berhenti hampir setengah jam namun tidak ada tanda-tanda akan berjalan lagi. Di dalam gerbong tempat kami berada tidak ada petugas KA yang bisa kami mintai keterangan. Jam di smartphone menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Perjalanan Yogyakarta-Solo diperkirakan memakan waktu dua jam, itu artinya kami masih ada waktu untuk mengejar kereta Solo-Malang di Stasiun Balapan Solo.
Kami semakin cemas karena kereta tak kunjung berjalan kembali. Mama Ivon pun mulai senewen sementara saya berusaha tetap tenang. Waktu terus beranjak hingga jam tujuh kurang lima belas menit. Rasanya memang sudah tidak mungkin bagi kereta yang sedang kami naiki ini untuk mengejar kereta Solo-Malang. 

Tak beberapa lama ada pemeriksaan tiket oleh para petugas kereta. Saya pun memanfaatkannya untuk bertanya tentang masalah yang kami hadapi.
“Wah, sekarang sudah tidak cukup waktunya buat ngejar kereta Solo-Malang Pak. Kenapa Bapak tadi tidak naik kereta Prameks? Kalau naik kereta jarak pendek, apalagi yang kereta terakhir sering berhenti sebab memberi kesempatan pada kereta prameks dan jarak jauh.”
“Trus, kalau kejadian seperti ini apakah tiket kami hangus? Kan ini bukan kesalahan kami Pak?”
“Tetap hangus Mas.”

Tiket Hangus
Tiket Hangus (sumber gambar http://uniqpost.com)
Kami hanya bisa pasrah dengan kesialan yang menimpa perjalanan pulang ini. Air mata menetes dari kedua mata Mama Ivon. Dia takut nanti tidak akan mendapatkan kereta pengganti. Saya berusaha tenang dan menghibur Mama Ivon. Dalam pikiran saya, kalau memang tidak mendapatkan kereta pengganti maka kami akan menginap dulu di Solo dan baru mencari kereta pengganti atau armada transportasi lainnya esok paginya.

Dari sekian drama yang pernah kami alami ketika traveling, baru kali ini kami mengalami kejadian yang benar-benar bikin nyesek, baik di hati maupun dompet he he he. Akankah kami mendapatkan kereta pengganti malam itu juga? Atau terpaksa harus menginap lagi di Solo dan melanjutkan perjalanan esok hari? Temukan jawabannya di tulisan selanjutnya.




35 comments

  1. Puk puk. Sedih banget bayanginnya. Tapi untung aja ada mbak2 baik hati yang bercandain Aiman. Smg dapat pengganti rezekinya ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak Diba, nggak kebayang kalo Aim rewel trus minta balik lagi ke Mamanya. Bisa-bisa ga dapat tiket balik ke Solo.
      Alhamdulillah udah dapat penggantinya kok.

      Delete
  2. Kecewa dan mungkin pakai sakit hati juga ya kalau ketinggalan begini :)

    Aku lihat mbak Andrie ketinggalan pesawat waktu hendak ke Lampung saja sampe gemes, apalagi kalau mengalami sendiri.

    Setelah pengalaman ketinggalan kereta ini, merasa kapok ga Wan naik kereta lagi? :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak, Ivon aja yang biasanya lebih tegar sampai nangis.
      Haduuuh jangan sampai ya ngalamin ketinggal pesawat, bisa nangis garuk-garuk lantai bandara :-0
      Alhamdulillah nggak kapok sebab kalau perjalanan jauh naik kereta aku nggak mabok. Trus dari segi kenyamanan juga lebih terjamin daripada naik bus.

      Delete
  3. Duuh emang bener nyesel buat dua-duanya. Aku malah lebih parah ketinggalan pesawat dua kali dalam satu penerbangan pulang ke Batam.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Omaigott, kok bisa Teh Lina? Ceritain dong. Duh jangan sampai terulang lagi yaa.

      Delete
  4. Semua ada hikmahnya, kalau kata org bijak bilang hehe. Asal ikhlas insyaallah gak nyesek, tapi lain kali jangan terulang lagi, ya, ketinggalan keretanya hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Susaah Pril untuk nggak nyesek pada awalnya tapi sekarang jadi bahan buat cerita ke anak cucu he3

      Delete
  5. Hikmahnya, bepergian paling nyaman saat tidak peak season ya mas.. Justru bisa jadi cerita ya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya betul sekali Mbak Ima, kapok wes bepergian saat musim liburan.

      Delete
  6. Puk puk mas Aim
    Akhirnya launching juga nih kisah ketinggalan kereta

    *nunggu lanjutannya*

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Mbak sebenarnya nulisnya ini udah lama tapi ga kelar-kelar.
      Hihihi oke ntar saya lanjut.

      Delete
  7. Y allah sedihnya..kalau aq adanya pengalaman tas dibongkar di Bandara 2x dan bayar bagasi lebih sekilo doang tp lumayan kena chargenya..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah kenapa ampe dibongkar 2 kali Mbak? Wiih emang kudu hati-hati di bandara.

      Delete
  8. pastinya sebel banget mas, kereta saya belum pernah ketinggalan sih, terakhir saya naik kereta ke solo puasa tahun lalu.

    kalau ketinggalan pesawat saya pernah dua kali. Lion sama Citilink.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sebel bin kesel Mas he3
      Bagi ceritanya Mas kok bisa ketinggalan pesawat, kan seharusnya 1 jam sebelum keberangkatan harus sudah standy by di bandara.

      Delete
  9. wahhhhh, pastinya sedih banget tuuh...
    sabar yah, hahaha

    ReplyDelete
  10. hangus ?
    yahhhhh
    aku pernah ketinggalan juga, tp ketinggalan bus, dan sakitnya tuh di sini *nunjuk kantong

    ReplyDelete
  11. Woh jadinya gimana, Mas? *penasaran

    Alhamdulillah belum pernah ketinggalan kereta. Kalau berangkat mepet sih sering. HIhi. Pernah sekali ketinggalan pesawat. Nyeseknyaaaaa

    ReplyDelete
  12. pasti bikin nyesek. Nyesek di dompet yg paling sebel, hahaha. Kalau pas ga ada duit lebihan gawat banget ya :(

    ReplyDelete
  13. Sabar mas.... Sabar mas... Sabar mas.... Sabar mas.... Sabar mas....

    ReplyDelete
  14. senasib sama saya ...saya juga ktinggalan kereta dari jogja mau ke gambir...tiketnya hangus ga bisa di tukerin trnyata...ngenes bgt...kepaksa bli tiket eksekutif..pertama naik kereta api udh ketinggalan..ambil hikmahnya aja dah..kalau di pikirin pusing

    ReplyDelete
  15. Aku sering banget ketinggalan kereta, dan itu rasanya sesuatuuuuu

    ReplyDelete
  16. Iya wan, kreta jaka pendek sering berhenti. Selama ini, aku klo naik kreta atau pesawat waktunya aku lebihkan, lebih baik nunggu daripaa ketinggalan.

    Gpp, ambik hikmah. Jadi belajar lagi. ntar nulis tips naik kreta.

    ReplyDelete
  17. ketinggalan kereta memang menyedihkan..

    ReplyDelete
  18. biar nggak ketinggalan kereta ... setengah jam sebelum jadwal maunya udah sampai stasiun

    ReplyDelete
  19. Bentar, itu kereta solo-malangnya malioboro ekspres bukan? Kalau iya, padahal bsa naik dri tugu jogja lho. Karena kereta tsb rute aslinya jogja-malang pp dngn pemberangkatan awal dri st. Tugu..

    ReplyDelete
  20. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  21. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  22. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  23. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  24. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete

Popular Posts