Fokus Kekurangan atau Kelebihan Anak?







“Aim nggak usah beli mobil lagi ya, mainannya kan udah banyak.”
“Aim, liat videonya udahan ya, nanti matanya sakit kalo kelamaan liat laptop.”
 “Aim jangan berlarian mulu, kamu kok nggak bisa diam sih?”
“Aim jangan loncat-loncat di kasur, adik kan lagi bubuk!”


Entah, sudah berapa kali saya atau Mama Ivon mengatakan hal itu pada Aiman. Rasanya mulut ini sampai capek dan bosan mengulang-ulang hal yang sama pada Aim. Jengkelnya lagi, apa yang kami sampaikan sepertinya hanya masuk di kuping kanan dan keluar gitu aja di kuping kiri. Kadang kalo sudah jutek gitu kami sampai keceplosan ngomong: “Kamu kok nggak bisa dibilangin baik-baik sih Im?”

Dan kalau Aim tetep tak mendengarkan kami maka biasanya kami ‘menyelesaikannnya’ dengan cubitan di pahanya. Sebenarnya sih kami nggak ingin pakai hukuman fisik namun adakalanya kesabaran kami sudah habis.
Sebenarnya Aim bisa sih dibilangin baik-baik, namun efektivitasnya belum maksimal. Tergantung kondisi kami dan Aiman, apakah kami bisa sabar dan telaten sounding dia, tetap kuat mental meski Aiman melancarkan aksi nangis dan marah-marah. Di sinilah konsistensi kita sebagai orang tua dipertaruhkan, terutama saya yang orangnya nggak tegaan.

Kalau Aiman pas tidur gitu, saya suka merasa bersalah melihat wajah polosnya jika sebelumnya saya memarahinya. Kadang saya sering bertanya-tanya kemana sosok Ihwan yang dulu penyabar itu atau kemana sosok Aiman yang dulu lucu dan menggemaskan. Kenapa sekarang Aiman sering bertingkah seenaknya sendiri dan saya makin tidak sabaran menghadapinya.

Entah kesambit Mario Teguh atau Dr.Boyke mendadak di dalam hati saya muncul suara lain: “Kenapa kamu hanya melihat kekurangan dan sikap yang tidak kamu sukai dari Aiman?”

Makjleb, saya langsung tersadar betapa saya sudah tidak adil pada Aiman. 

Jangankan anak-anak, saya, Mama Ivon dan kita sebagai orang dewasa pasti punya kelebihan dan kekurangan bukan? Lalu mengapa saya hanya fokus pada kekurangan Aiman saja?
Seperti file yang semula ter-hidden, kelebihan atau pencapaian Aiman yang pernah saya ceritakan kepada keluarga atau orang lain bermunculan di kepala saya.

  1. Aiman sudah lulus ASI dan berhasil melalui proses WWL (Weaning With Love) yang penuh perjuangan di usia 2,5 tahun. (Cerita WWL menyusul ya). Kami bersyukur meski hanya minum ASI namun dia tetap tumbuh sehat dan montok, tidak kalah dengan yang minum formula atau gabungan keduanya.
Saya suka takjub dan bersukur jika pergi belanja kebutuhan Aiman di toko kebutuhan bayi di Buchi Kid Malang, ada sebagian orang tua yang membeli sufor baik itu kemasan kardus atau kaleng banyak sekali. Terutama yang kaleng, pasti harga per kalengnya bisa bikin dompet saya jebol. Saya merasa sangat beruntung dikaruniai Aiman yang sejak disapih minumnya susu cair khsusus anak yang bisa saya beli eceran atau satu karton. Harganya sudah pasti masih ramah di kantong. Trus kami juga tidak perlu rempong kalau keluar harus bawa-bawa sufor, botol dot dan air panas.

  1. Aiman sudah lulus toilet training di usia 3 tahun. Syukur saya yang kedua adalah kini Aiman sudah terbebas dari pemakaian diapers. Cerita bagaimana kami mengajarkan Aiman toilet training ini tidak kalah serunya dengan perjuangan WWL. Minus drama sih malah kebanyakan konyolnya, mulai dari sounding agar Aiman tidak memakai diapers hingga hebohnya Aiman saat BAB di toilet. Cerita lengkapnya menyusul juga ya, ketauan deh kalo Papa Ihwan dulu pas sekolah suka ikut ujian susulan :P
Kini kami tak perlu lagi mengalokasikan dana pembelian diapers untuk Aiman tiap bulannya. Tentu ini baik bagi keuangan keluarga kami hehehe. Ada anak teman kerja yang seusia Aiman namun masih memakai diapers, tiap bulan selalu borong diapers sampe 2 hingga 3 kemasan isi banyak.

  1. Aiman sudah mengenal dan hafal nama-nama hewan, buah dan sebagian angka. Ini semua berawal dari kesukaan Aima menonton film kartun di teve, nah dari situ Aiman mulai minta dibelikan CD film sejenis, atau kalau ke toko buku membeli buku-buku bergambar plus poster-poster bergambar yang banyak dijual di pasar.
Kami tidak menyediakan waktu khusus atau bahkan sampai memaksa Aiman untuk belajar menghafal. Malahan dia yang sering ngajak kami untuk mengajarinya. “Ayo belajar…ayo belajar..”
Bukannya mau nyombong atau menonjol-nonjolkan Aiman, di antara sepupunya yang sepantaran hanya Aiman yang sudah mengenal nama-nama hewan dan angka. Apalagi saat dulu kami mengajaknya ke Jawa Timur Park 2 dimana banyak sekali koleksi hewannya, Aiman excited sekali dan menyebut nama hewan yang dilihatnya.


See…lumayan ada 3, harusnya 3 pencapaian Aiman itu sudah mampu menutupi kekurangan atau sikap Aiman yang tidak kami sukai. Memang kami sebagai orang tua yang selama ini kurang bisa bersikap adil kepada Aiman. Maafin Papa ya Nak.





Setiap anak itu istimewa, dibalik semua sikap dan tingkahnya yang sering membuat kita jengkel pasti ada kelebihan dan pencapaiannya yang selama ini kurang kita hargai. Mohon maaf bagi orang tua yang anaknya minum sufor, masih memakai pampers atau belum bisa mengenal nama-nama hewan jika tersinggung dengan tulisan saya di atas. Tulisan ini murni sebagai evaluasi dan pengingat pribadi sebagai orang tua agar tidak melulu melihat kekurangan anak. Mau fokus pada kekurangan atau kelebihan anak? Itu pilihan Anda, semoga bermanfaat.



20 comments

  1. Mas Aiman tetap anak hebat di mata mama, meski mama yg paling sering marahin mas Aim :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yuk Ma kita kurangin marahin Aiman, kasian mungkin dia hanya cari perhatian saja.

      Delete
  2. Mama Ivon keren, Aiman full ASI nih
    Baby Juna mah gabungan, setahun malah nyapih sendiri
    Iya, Mas Ihwan, sufor beneran bikin dompet jebol

    Etapi ya, meski saya enggak ngasih full ASI, tetep bersyukur dikaruniai Baby Juna, meski kadang ngiri sih sama yang full ASI, tapi ada alesannya kok Baby Juna minum ASI campur sufor

    Ya ya ya... fokus kekuragan dan kelebihan :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aiman sebenarnya nggak full ASI Witri, dulu pas awal lahir kami terpaksa setuju dia diberi sufor sebab ASI Ivon belum lancar. Untungnya setelah pulang, Ivon langsung relaktasi dan Alhamdulillah berhasil. Waktu itu MelHus belum support ASI Full, tapi sekarang Alhamdulillah udah support.
      Semoga Baby Juna tetap sehat dan ceria ya dan rejeki ortunya berlimpah biar ga jebol beliin sufor he3

      Delete
  3. Setiap anak unik dan istimewa. Kalau aku sih, bukan masalag mau fokus kemana, kelebihan atau kekurangan. Buatku, kelebihannya wajib diapresiasi dengan rasa syukur, ucapan terimakasih dan sesekali pujian
    Sedangkan kekurangan,
    Hmm... menurutku agak gak pas sih disebut kekurangan, karena kita memakai ukuran kita sebagai orang dewasa makanya melihat itu sebagai kekurangan, padahal mungkin sebenarnya justru itulah potensi anak yang (mungkin) belum berkembang maksimal. Ya tinggal diarahkan saja dengan baik.

    Btw, aku sedih baca aiman dicubit. Jangan yaaaaa.....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hmm sebenarnya anak cowok aktif itu bagus ya Mbak, malah aneh kalo terlalu diam. Tapi belakangan kadar aktif Aiman poll banget, pas lebaran ke rumah kerabat aja nggak mau masuk rumah dan nggak bisa diam.
      Mungkin juga dia lagi cari perhatian kami karena kehadiran Baby Aira.
      Kami usahakan untuk stop Mbak, makasih :-)

      Delete
  4. Selain liat kekurangan, anak juga mesti di apreasi kelebohan nua yaaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya bener Om Cumi, lagi pelesir kemana sekarang?

      Delete
  5. Fokus sm kelebihan membuat kita bersyukur.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Benerr, itu yang aku rasain Mbak setelah mengevaluasi kelebihan dan pencapaian Aim. Dan mau memaklumi kekurangannya.

      Delete
  6. Tiap anak itu unik dengan segala kelebihan dan kekurangannya... :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Setujuu Dee, tugas kita sebagai ortu untuk memaksimalkan kelebihannya dan memperbaiki atau meminimalisir kekurangannya.

      Delete
  7. Fokus pada kelebihan, setujuu. Tapi dari yg aku baca, rasanya ga ada yg salah atau kurang dari Aim. Itu semua masih hal wajar yg juga dilakukan anak2 seusianya. Kita aja yg orang dewasa menganggapnya ajaib, padahal dulu di masa kecil pun kita melalui fase2 spt itu. Yang perlu dilakukan sebenarnya adalah menikmati fase2 ini, soon tak kan terulang lagi. Bisa jadi malah kangen *ehhh

    ReplyDelete
  8. Gitu ya Mbak, tapi kalo pas capek atau udah limit gitu berasa bikin stres juga he3.
    Misal lagi bertamu dia nggak bisa diam, atau adiknya baru saja tidur eh dia loncat2 di kasur akhirnya adiknya terbangun.
    Mbak Maya lagi kangen fase itu? Mau ngasuh Aim satu-dua hari Mbak? he3

    ReplyDelete
  9. Wuaaa..ternyata sama ya mas, anak2 tuh ngeyel, emaknya suruh teriak2, itu Aiman belum ada temen berantem mas. Anakku gedenya sama. Rebutan n berantem bikin pusing.

    ReplyDelete
  10. Wah Maxy blm sukses soal BAB, kalau pipis udah sejak dia bisa jalan. Jd skrng masih netok diaper murahan buat dia BAB-in hiks
    Udah kubeliin pispot, bantalan toilet dll tetep gk mau. Piye yo carane... dia tu kyk takut gtu liat lubang :(

    ReplyDelete
  11. Aiman hebat, umur 3 tahun saja sudah banyak yang bisa ia lakukan, dan semoga diberikan kesabaran menuntun untuk orang tua nya :D

    ReplyDelete
  12. Aiman suka nonton video ya? Sama kayak Diana...
    Yang paling saya takutkan itu nanti anak harus pakai kacamata sejak kecil.

    ReplyDelete
  13. Ya ampun Mba Ivon, Mas Ihwan, itu kata2 di awal persis banget kalo aku lagi bilangin anakku, Boo.. Hihi.. Suka gemes, deh :D Tapi bener juga kalo dipikir lagi sudah banyak kelebihannya di umurnya yg 3 tahun ini. Sama juga, pas Boo tidur kadang jg suka ngerasa bersalah kalo terlalu berlebihan negurnya.. Mesti lebih banyak sabar, ya :)

    ReplyDelete
  14. Yang paling penting, jangan pernah tuntut anak kita menjadi sama seperti anak orang lain

    Salam,
    Ara

    ReplyDelete

Popular Posts