Library Camp 2: Eksistensi Pustakawan




Library Camp 2: Eksistensi Pustakawan


“Setiap Pustakawan Besar berproses dengan menanggung beban kerja mulai dari yang kecil sampai yang besar.” (Koko Srimulyo)

Kalimat di atas adalah pesan dari Bapak Koko Srimulyo, Dosen Dept Ilmu Informasi Perpustakaan, FISIP, UNAIR yang menjadi pembicara di sesi pertama event Library Camp 2 yang saya ikuti pada tanggal 18-19 Desember 2015. Library Camp 2 ini diadakan oleh FPPTI (Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia) Jawa Timur di Mojopahit Agro Lestari, Pacet, Mojokerto.

Library Camp 2: Eksistensi Pustakawan

Library Camp 2 yang tahun ini mengangkat tema Eksistensi Pustakawan diikuti oleh para pustakawan dari beberapa perguruan tinggi di Jawa baik itu negeri maupun swasta. Dari Perpustakaan Universitas Brawijaya (UB) mengirimkan 4 wakil yaitu Christinia, Maria, Yusuf dan saya. Kebetulan Bapak Kepala Perpus UB yaitu Drs. Johan A.E. Noor, M.Sc., Ph.D juga menjadi pembicara di Library Camp 2 ini sehingga kami berangkat dari Malang bersama-sama.


Library Camp 2: Eksistensi Pustakawan

Medan yang harus kami tempuh untuk menuju Mojopahit Agro Lestari, Pacet, Mojokerto sebenarnya tidak terlalu berat. Namun karena mobil yang kami naiki ber-AC sehingga cukup membuat saya harus berjuang melawan mabuk perjalanan. Emang dasar wong ndeso, saya memang bawaannya jadi masuk angin jika berlama-lama terpapar udara AC. Mojopahit Agro Lestari terletak di daerah pegunungan dimana jalannya naik turun dan berliku, untungnya tidak seekstrim jalur menuju Lumajang. Sesampainya di lokasi saya hanya pusing-pusing doang, nggak sampai mabuk berat. Nggak apa-apa deh saya berpusing-pusing dikit demi mendapatkan ilmu, wawasan dan teman-teman baru di acara Library Camp 2 ini.

Library Camp 2: Eksistensi Pustakawan

Library Camp 2: Eksistensi Pustakawan

Library Camp 2: Eksistensi Pustakawan

Begitu tiba di Mojopahit Agro Lestari, kami segera melakukan registrasi di panitia. Suasana yang sejuk, asri dan alami langsung terasa begitu kami memasuki area Mojopahit Agro Lestari. Tak lama setelah kami datang, menyusul rombongan besar yang berangkat kolektif dari Surabaya. Usia para peserta cukup beragam, mulai dari yang masih muda hingga yang sudah paruh baya. Saya mendapatkan kamar bersama Yusuf, awalnya kami kira sekamar hanya diisi kami berdua saja. Tapi ternyata kami harus berbagi kamar dengan enam orang, jadi total sekamar diisi oleh delapan orang! Agak mendingan karena kamar yang kami tempati tipe keluarga sehingga areanya lumayan luas. Beruntung Christin dan Maria sekamar hanya berdua sebab peserta yang seharusnya sekamar dengan mereka tidak jadi datang.

Afirmasi Sukses Sebagai Pustakawan Prima


Library Camp 2: Eksistensi Pustakawan


Para peserta diberi waktu cukup panjang untuk beristirahat dan mempersiapkan diri mengikuti acara. Kebetulan hari itu Jumat sehingga para peserta pria menunaikan ibadah sholat Jumat dulu di masjid yang tak jauh dari hotel. Sekitar jam setengah dua siang kami makan siang terlebih dahulu baru setelah itu masuk ke dalam Mojopahit Hall untuk mengikuti acara.


Library Camp 2: Eksistensi Pustakawan

Sesi pertama diisi oleh Bapak Koko Srimulyo, Dosen Dept Ilmu Informasi Perpustakaan, FISIP, UNAIR. Beliau mengangkat judul Afirmasi Sukses Sebagai Pustakawan Prima. Awalnya saya agak puyeng deh mendengar judulnya yang berat itu namun ternyata Bapak Koko membawakannya dengan gaya yang asyik dan komunikatif sehingga mudah untuk dicerna.


Library Camp 2: Eksistensi Pustakawan

Di awal sesi Bapak Koko langsung memberikan statement yang membangkitkan semangat para peserta:
“Kita harus mencintai pekerjaan kita dengan memberikan yang terbaik dari diri kita. Semakin banyak kita member maka semakin banyak yang kita terima.”
Agar kita bisa mencintai pekerjaan kita maka anggaplah pekerjaan itu sebagai hobi, panggilan jiwa dan ladang ibadah. Profesi sebagai pustakawan memang tidak sepopuler profesi dokter, pilot dan lain-lain. Jika Anda ditakdirkan bekerja di perpustakaan maka cintailah profesi itu dengan sepenuh hati karena kita harus sukses dengan apapun profesi yang kita jalani. Lalu juga melalui perpustakaan kita ikut andil mencetak generasi-generasi penerus bangsa.

Mengapa kita harus sukses?

Karena sejak lahir kita sudah ditakdirkan untuk sukses. Kita terbentuk dari perjuangan satu sperma yang berhasil mengalahkan jutaan sperma lainnya untuk membuahi satu sel telur. Maka berikanlah apresiasi dan afirmasi pada diri Anda: You are the most important people in the world.

Lalu apa sih definisi sukses itu?

Dalam bahasa Inggris, kata sukses ditulis SUCCESS
Apakah sukses itu artinya kita punya banyak $ (dollar) dan ¢ (cent)
Hidup Excelent lahir dan bathin
Tanpa U, tidak akan menjadi sukses!

Menurut Bapak Koko, definisi apakah kita sudah sukses atau belum bisa dilihat dari 3 point yaitu: what we HAVE, what we DO dan what we BECOME.


Library Camp 2: Eksistensi Pustakawan


Memang sudah menjadi tolok ukur yang umum jika kesuksesan yang pertama dilihat dari apa yang sudah kita miliki. Punya rumah besar, mobil mewah, istri cantik dan anak-anak yang sehat dan ceria adalah patokan mainstream di tengah-tengah masyarakat.
Namun masih ada 2 point yang juga harus kita perhatikan. Apa yang sudah kita lakukan di dalam hidup ini? Lebih banyak hal yang bermanfaat atau merugikankah tindak-tanduk kita di muka bumi ini. Lalu menjadi manusia seperti apakah kita ini? Apakah keberadaan kita penting atau antara ada dan tiada sama sekali tak ada bedanya wekekeke.

Library Camp 2: Eksistensi Pustakawan

Nah untuk menjadi seorang pustakawan yang sukses dan besar maka kita harus berani melakukan dua hal ini: Make Decission and Dream Big. Setiap pustakawan besar melewati sebuah proses dimana mereka menanggung beban kerja mulai dari yang kecil sampai yang besar. Ambil contoh binaragawan Ade Rai. Dia tidak terlahir dengan tubuh besar dan kekar seperti yang kita lihat sekarang. Ade Rai dengan tekun melewati proses dimana dia rajin fitness dan berlatih mengangkat barbel mulai dari yang kecil hingga besar.





Kita harus berani memiliki mimpi yang besar karena hal itu akan memotivasi kita menempuh jalan untuk mewujudkannya. Salah satu black box yang menghalangi kesuksesan adalah kita sudah puas dengan comfort zone dan berdalih: “Gini saja sudah cukup kok.”

Sebagai penutup Pak Koko memberikan satu motto untuk lebih memotivasi para pustakawan yaitu: “The past is not our future.”
Dulu orang-orang yang ditempatkan di perpustakaan adalah orang-orang buangan atau bermasalah. Nah mulai sekarang kita harus mengubah anggapan tersebut, mari kita tunjukkan kepada dunia bahwa orang-orang yang berada di perpustakaan adalah orang-orang pilihan, kita telah dipilih oleh Allah untuk melayani para pengunjung perpustakaan yang dahaga akan ilmu dan pengetahuan.


Library Camp 2: Eksistensi Pustakawan

Itulah cerita sesi pertama yang saya ikuti adalam event Library Camp 2: Eksistensi Pustakawan pada tanggal 18-19 Desember 2015 di Mojopahit Agro Lestari, Pacet, Mojokerto. Point-point yang disampaikan oleh Pak Koko Srimulyo di atas tidak terbatas bagi para pustakawan saja. Bagi Anda yang menggeluti profesi yang lain juga bisa menerapkannya dalam dunia kerja dan kehidupan sehari-hari.



12 comments

  1. Seru banget ya kalo ada acara event kayak gini.. Nambah ilmu, nambah pengalaman, nambah temen, bisa sambil refreshing pulak...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Dee, yang terakhir itu yang aku suka hi3. Apalagi ada outbondnya efektif buat refreshing sekaligus nambah ilmu.

      Delete
  2. Ah, Mas Ihwan sehari-hari di Perpustakaan UB rupanya, salam kenal mas:) Pak Koko memang easy going dan lugas mas, dosen pembimbing sy dulunya, haha, jadi mendadak kangen. Thanks sharingnya ya, yg ga dateng pun bisa seolah-olah jadi peserta.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah Mbak Prita seorang librarian ternyata.
      Wiih kalau semua dosen jurusan perpustakaan seperti Pak Koko pasti makin banyak yang daftar ya Mbak.

      Delete
  3. Katanya sih jadi pustakawan itu membosankan, tapi menurutku malah menyenangkan, bisa ketemu banyak buku. Kalo suka baca mah ini justru surgaaa..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehehe saya dulu juga menganggapnya seperti itu karena saya juga suka baca. Namun jujur semakin ke sini malah waktu dan dorongan untuk membaca malah menurun hiks. Ini PR besar buat kami semua para pustakawan untuk lebih giat membaca agar bisa produktif menulis juga.

      Delete
  4. Kenapa ya pustakawan dan arsiparis masih dianggap sblh mata, padahal keberadaan mereka amat penting.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya gitu deh Mbak, semoga ke depannya kami bisa menunjukkan bahwa pustakawan dan arsiparis itu profesi yang penting dan membanggakan juga.
      Btw Mbak prima apa pustakawa or arsiparis juga ya?

      Delete
  5. Acaranya keren, ya? :D Pantesan WA mati mulu. -,-

    ReplyDelete
  6. Yeah, Iam the most importand person in the world, specially for my family. :)

    Sukses keluarga biru

    ReplyDelete

Popular Posts