“Ma, kita makan malam menu apa neh?” tanya saya sehabis maghrib.
Saat itu Mama Ivon memang hanya memasak sedikit di pagi hari sehingga sudah
habis untuk sarapan dan makan siang .
“Hmm aku capek tadi seharian udah cuci pakaian, kita beli makan di
luar aja gimana?” jawab Mama Ivon sambil memegangi pundaknya.
“Aku masak aja ya, coba aku lihat masih ada bahan apa di kulkas.”
Di saat pandemi seperti ini kami sebisa mungkin lebih berhemat
karena kita tidak tahu sampai kapan kondisi ini akan berakhir. Sementara sumber
penghasilan ada yang berkurang sejak pandemi yaitu saya tidak menerima
penghasilan tambahan dari lembur di kantor. Kalau di rumah masih ada bahan
makanan yang bisa diolah maka sebisa mungkin masak sendiri. Uang untuk beli
makan di luar bisa dipergunakan untuk keperluan lainnya.
Salah satu kakak saya dulu
memiliki sahabat saat dia masih remaja. Mereka berdua begitu dekat, kemana-mana
selalu berdua meskipun tidak satu sekolah. Kebetulan sahabat kakak saya itu
tetangga kami juga. Karena kedekatan mereka itu, hubungan mereka sudah layaknya
saudara. Lalu suatu ketika ada masalah di antara mereka, saya tidak tahu apa
sebabnya. Yang jelas sejak saat itu hubungan mereka menjadi renggang, kakak
saya sedih karena kehilangan sahabat.
Karena kejadian tersebut, Bibi
saya berpesan kepada kakak juga saya: “Makanya
kalau bersahabat itu tidak usah terlalu dekat, tetap harus ada batasannya.
Sebab kalau ada masalah seperti ini, hubungan jadi buruk dan tidak akan pernah
sama lagi.”
Bisa tetap bekerja di masa
pandemi adalah hal yang sangat patut kita syukuri, pasalnya seperti yang kita tahu ada begitu banyak orang yang
kehilangan mata pencaharian di masa sulit ini. Jangankan pekerja, level pemilik perusahaan juga
banyak yang terpaksa menutup usahanya. Oleh karena kesempatan ini tidak didapatkan semua orang, maka kita harus bekerja
sebaik-baiknya, walaupun suasana masih pandemi.
Donat Kentang Malang MOLALI. Donat,
kue favorit sejuta umat. Mulai dari anak, remaja hingga dewasa menyukai kue
yang bentuknya imut ini. Apalagi jika di atasnya ditaburi gula putih atau meses
coklat dan warna-warni makin menggoda untuk kita lahap sampai habis.
Hallo Gengs Biru, jumpa lagi dengan
Papa Ihwan di blog Keluarga Biru. Lama neh Papa Ihwan nggak menyapa kalian
semua lewat tulisan *uhuk. So pada kesempatan kali ini saya mau berbagi
pengalaman daftar sekolah online pada PPDB Kota Malang 2020.
Assalamualaikum
Gengs Biru, keberadaan mobil saat ini bukan lagi kebutuhan tersier atau
sekunder. Untuk sebagian orang mobil sudah menjadi kebutuhan primer yang
mempermudah transportasi dan mobilitas mereka. Maka tidak heran jika sekarang
jumlah orang yang memiliki mobil masih terus bertambah.
Jakarta,
dahulu kota ini hanya ada dalam mimpi saya. Jauhnya jarak Malang – Jakarta membuat
saya tak berani bermimpi bisa mengunjunginya. Apalagi saya punya hoby suka
mabuk perjalanan, nggak kebayang deh harus menempuh perjalanan jauh PP
Malang-Jakarta. Tapi akhirnya takdir membawa saya hingga bisa menjejakkan kaki
di ibukota. Mulai dari acara gathering kantor, workshop kepustakawanan hingga
event-event blogger skala nasional yang saya tempuh dengan berbagai armada
mulai dari bus, kereta api hingga pesawat terbang.
“Minta do'a nya
ya semua, anak saya tanggal 2 Maret besok akan dikhitan karena phymosis. Jujur
sampai saat ini saya masih sangat khawatir karena umur anak saya masih 6 bulan,tapi
saya takut akan timbul penyakit lain jika anak saya tidak dikhitan. Terimakasih,
ceritanya membuat saya sedikit lega.”
Seperti
yang sudah sering saya tulis di postingan-postingan sebelumnya, bahwa selama
satu tahun terakhir saya lebih banyak aktif di Youtube. Dalam setiap bulannya,
frekuensi upload video di sana bisa melebihi frekuensi saya ngeblog. Boleh
dibilang saya menemukan dunia baru yang lebih menantang di Youtube. Nah tulisan
saya kali ini akan membahas buah manis dari konsistensi yang saya lakukan di Youtube.
Kabar Gembira dari Jakarta
Di
awal bulan November, ketika saya baru saja melepaskan keberangkatan mertua
untuk kembali bekerja di Hongkong, saya mendadak dimasukkan ke sebuah WAG oleh
seseorang yang tidak saya kenal. Nama WAG-nya: Blog dan Vlog, sayapun mengira
ada job baru. Trus saya membuka attachment berupa file PDF yang dikirim sang
admin yaitu Ibu Septi. Saya sempat tidak percaya dengan isinya, lalu setelah
memastikan kebenarannya hati saya pun berbunga-bunga dan bersyukur kepada
Allah.
File
PDF itu berisi pengumuman pemenang lomba media massa (cetak, TV dan radio) dan
media sosial (blog dan vlog) yang diadakan oleh Kementrian Kesehatan RI. Adapun
tema lombanya adalah Indonesia Sehat Melalui Pencegahan Stunting dan
Perlindungan Imunisasi. Lomba ini diadakan pada bulan September 2018, saya
sendiri mendapatkan informasi tentang lomba dari Mbak Wawa di grup Blogger
Crony Community (BCC).
Saya
pun mengikutkan vlog modal HP yang saya bikin saat mengantarkan Aira imunisasi Difteri
di lomba Kemenkes tersebut. Waktu itu sih saya nothing to lose mengingat jam
terbang saya di dunia YT terutama vlog masih sedikit. Eh siapa sangka, ternyata
vlog kami tersebut dipilih oleh para juri sebagai Juara ke 3. Adapun yang
menjadi Juara 1 adalah Mas Satto Raji dan juara 2 Mas Akbar Muhibar.
Yang
bikin saya makin excited (selain nominal hadiah tentunya), semua pemenang utama
diundang ke Jakarta untuk menerima penghargaan dan piala secara langsung dari
Ibu Nila Moeloek, selaku Menkes pada tanggal 12 November 2018. Trus biaya
transportasi dan akomodasi ditanggung oleh Kemenkes, whuaa dapat rejeki
dobel-dobel ini namanya. #BerkahNgevlog
Tapi sayangnya saya tidak bisa berbagi kabar
bahagia ini di publik (baca: sosmed wekekeke) karena Kemenkes baru akan
memberikan pengumuman resmi tanggal 12 November 2018. Jadilah saya hanya
berbagi dengan keluarga dan sahabat dekat saja. Bahkan dengan member grup
Blogger Kekinian pun saya hanya bilang ada undangan acara dari Kemenkes.
Drama Sebelum ke Jakarta
Sebelum
dapat pemberitahuan dari Kemenkes, saya dan istri sudah punya planning mau ke
kota Surabaya untuk menghadiri event BUMN dari tanggal 10-11 November 2018.
Setelah dipikir masak-masak, lebih efisien jika saya berangkat ke Jakarta dari
Surabaya saja. Sementara istri pulang ke Malang sendirian naik kereta. Sengaja
dia pesen kereta eksekutif, nggak mau kalah sama saya yang dapat fasilitas naik
pesawat Garuda PP wekekekeke.
Ceritanya
pagi itu, kami sudah berusaha bangun pagi. Ntah saya yang kelamaan mandi, Mama
Ivon yang kelamaan dandan atau kami yang kelamaan kalau sarapan. Kami baru
sadar untuk segera berangkat ke Stasiun Gubeng ketika jam sudah menunjukkan
pukul 7 lebih. Padahal kereta Mama Ivon berangkat pukul 07.20, sementara saya
mengiranya pukul 07.30. Paniklah kami, mana taksi online yang saya pesan tidak
kunjung datang.
Kalau
di film-film biasanya tokoh utama diceritain bisa datang tepat waktu meski
sudah mepet jam keberangkatan. Tapi sayangnya ini bukan film dan kami harus
menerima kenyataan jika Mama Ivon ketinggalan kereta. Mama Ivon nangis: sedih
dan marah. Dia langsung balik badan begitu petugas kereta bilang kalau kereta
yang akan dia naiki baru saja berangkat. Saya sempat ngusulin untuk nyoba ke
Stasiun Wonokromo, siapa tahu bisa naik dari sana. Tapi Mama Ivon menolak
usulan tersebut mentah-mentah. Emang sih tiketnya sudah hangus tapi tidak ada salahnya kan mencoba,
siapa tahu bisa naik dengan menunjukkan bukti pembayaran yang ada di HP-nya.
Mau
nggak mau Mama Ivon harus naik bus,
saya pun mengantarnya ke Terminal Bungurasih. Perjalanan ke sana terasa berat dan lama
karena Mama Ivon memasang muka jutek bin dingin. Saya pun hanya bisa diam saja
karena kalau saya berusaha membujuknya yang ada malah saya dikacangin atau dia
makin marah. Malu lah sama sopir taksi onlen yang mengantarkan kami. Alhamdulillah,
Mama Ivon bisa mendapatkan bus jurusan Surabaya – Malang dengan mudah.
Jujur, sedih rasanya waktu itu karena kami mau
berpisah eh malah kayak gini. Maunya kan berpisah dengan senyuman manis bukan
dengan wajah ditekuk seperti itu. Setelah mengantar Mama Ivon, saya pun lalu
balik lagi ke hotel.
***
Kira-kira pukul 10.30 saya check-out dan
memesan ojek online untuk ke Bandara Juanda, Sidoarjo. Agak keder juga sih
sebenarnya membayangkan perjalanan dari hotel yang berada dekat dengan Stasiun
Gubeng ke Bandara Juanda menggunakan motor. Apakah bisa lebih cepat dari naik
taksi online atau malah lebih molor.
Pak ojek online yang mengantarkan saya usianya
sudah agak tua, mungkin sekitar 40 tahunan. Tapi cara bawa motornya kayak
anak-anak muda yang suka ngebut gitu, saya antara senang dan parno jadinya.
Seneng karena perjalanan jadi lebih cepat tapi juga parno dengan keselamatan
kami. Eh kok ndilalah pas setelah melewati kawasan Ahmad Yani, ada razia lalu
lintas dan kami diberhentikan oleh salah satu polisi. Ternyata lampu depan
motor kami mati, rupanya Pak Ojol lupa menyalakannya.
“Duh bisa telat neh sampai di bandara,” batin
saya.
Proses interogasi pun dijalani, Pak Ojol mau
nggak mau ditilang, SIM-nya ditahan dan harus menjalani sidang. Setelah itu kami
pun melanjutkan perjalanan ke Juanda. Gitu pun masih sempat ada adegan
nanya-nanya ke orang penjual di pinggiran jalan karena Pak Ojol lupa arah jalan
ke Juanda.
“Bentar ya Mas, saya kok lupa ini beloknya
dimana. Jangan-jangan kelewatan.”
“Walah, trus gimana Pak?”
“Saya tanya orang dulu.”
Fiuuh, bener-bener perjalanan yang menguji iman
eh mental.
Sebenarnya saya sudah beberapa kali ke Bandara
Juanda tapi gara-gara insiden ditilang polisi itu saya jadi blang deh. Alhamdulillah,
setelah nanya sama penjual tersebut kami jadi lega karena jalan yang kami
tempuh ini adalah jalan yang benar bukan jalan yang sesat wekekeke. Saya pun
akhirnya bisa sampai di Juanda dengan selamat dan bisa istirahat sambil
menunggu jam keberangkatan ke Jakarta.
Makin lega juga setelah dapat kabar Mama Ivon
sudah sampai di Malang, kami pun video call karena Duo Ai kepengin liat
penampakan bandara dan pesawat dari jarak dekat. Mereka pada nagih kepengin
naik pesawat juga kapan-kapan.
Oke, sampai di sini dulu ya tulisannya. Saya takut
nanti kalian bosan jika baca tulisan saya yang panjang. Next saya akan bercerita
petualangan setibanya di Jakarta yaitu mencoba naik Kereta Layang di Terminal 3
Bandara International Soekarno Hatta.
“Pa, ayo
renang..!” ajak Mas Aiman sambil menarik lengan saya.
Adek Aira yang
mendengar hal itu, ikut-ikutan mengajak renang.
Hari itu kami
sedang staycation di sebuah hotel berbintang tiga di kawasan Jl.Ahmad Yani,
Surabaya. Kami sengaja staycation di hotel yang memiliki fasilitas kolam
renang, tahu sendirilah anak-anak pasti suka sekali berenang. Waktu itu saya
hanya bertiga saja sama anak-anak di kamar, sementara Mama Ivon masih mengikuti
sebuah event di tempat lain.
Pagi itu saya berangkat ke kantor dengan terburu-buru. Hmm sebenarnya juga enggak pagi hari itu aja sih saya berangkat kerja terburu-buru tapi hampir setiap hari wekekeke. Ketika mau sampai di perempatan yang sudah dekat dengan kantor, saya mendadak teringat sesuatu. SAYA LUPA MEMATIKAN KOMPOR GAS..!!
Alhamdulillah
bahagia rasanya ketika saya mendapatkan kepastian bahwa saya diundang oleh Asus
dalam event terbarunya yaitu Launching Zenfone Max Pro M1 di Jakarta. Maklum
saja, di event terakhir tahun kemarin saya tidak lolos seleksi dan itu rasanya
beraatt. Harusnya biar Dilan saja yang ngerasain karena rindu itu berat,
apalagi rindu seru-seruan sama Tim Asus dan Blogger Asus.
Sore itu kereta
api Matarmaja membawa saya dan Mas Aiman ke Cirebon. Karena siang hari nggak
tidur, Mas Aiman terlelap sejak dari rumah hingga ke Stasiun Kota Baru Malang.
Karena dia tidur, saya pun jadi lebih leluasa ngobrol dengan penumpang lainnya.
Ketika sampai di Stasiun Kepanjen, beberapa penumpang mulai memenuhi gerbong
tempat saya duduk. Di antara mereka ada satu keluarga yang terdiri dari seorang
bapak, ibu dan anak gadisnya yang masih remaja.
Sebagai
seorang kepala keluarga tentunya kita memiliki tanggung jawab besar untuk
mencari nafkah demi keluarga tercinta. Apalagi kebutuhan di era milenial ini
semakin kompleks saja, salah satu yang paling urgent adalah internet. Mulai
dari membaca berita online, memesan makanan atau ojek online, eksis di media
social hingga melihat video di youtube semuanya membutuhkan akses internet. Maka
tak heran ketika baru saja gajian maka ada satu pos tambahan yang harus
dipenuhi yaitu kebutuhan internet.
Dunia maya saat
ini sedang dihebohkan dengan sensasi dan popularitas selebgram Karin Novilda
atau populer dikenal dengan nama Awkarin. Sepak terjang gadis yang punya tato
mawar hitam di lengan kanannya ini memang bikin orang terheran-heran, dia
enteng saja upload foto-foto dirinya mengenakan busana seksi dan terbuka,
melakukan aktivitas yang identik dengan kenakalan remaja seperti merokok, minum
minuman keras hingga dugem. Bahkan Karin tidak risih mengumbar kemesraannya
dengan sang pacar: Gaga di akun IG, Vlog dan Snap Chat.
Setelah lulus
dari SMA dulu saya langsung bekerja dikarenakan ketiadaan biaya. Saya baru bisa
melanjutkan studi ke jenjang S1 setelah saya bekerja. Dikarenakan keterbatasan
waktu saya memilih mengambil kelas khsusus karyawan. Waktu kuliahnya hanya weekend saja, bisa Sabtu atau Minggu.
Zaman sekarang
kalau kita beli ponsel maka salah satu fitur yang jadi pertimbangan utama
adalah fitur kameranya. Apalagi buat para kawula muda kekinian yang doyan
narsis, selfie, grufie atau wefie pasti ingin punya kamera dengan fitur kamera
yang canggih dan bagus hasilnya. Bahkan kalau bisa hasilnya nggak kalah bening
dengan foto-foto hasil jepretan kamera DSLR.
Kemarin lusa
saat meng-back-up file di memori card saya menemukan file film dokumenter yang
sudah lama saya cari. Film dokumenter ini bercerita tentang profil saya sebagai
seorang tukang fotokopi yang berhasil menulis sebuah novel berjudul Xerografer:
Curhat Colongan Tukang Fotokopi.
Alhamdulillah
berkat aktivitas saya mereview objek wisata, hotel dan restoran yang pernah
saya kunjungi di TripAdvisor, saya akhirnya mendapatkan apresiasi sebagai Top
50 Attraction Reviewers in Malang.