Saat Bayi Harus Sunat Karena Fimosis


Aiman Keluarga Biru



Sunat atau khitan kini tidak hanya dilakukan oleh anak laki-laki atau pria muslim, dunia kedokteran Barat telah menemukan fakta bahwa khitan membawa manfaat yang sangat besar bagi kesehatan pria. Biasanya anak laki-laki dikhitan ketika berusia 10-12 tahun, tergantung kesiapan psikologis anak. Namun bagaimana jika anak kita yang masih bayi harus menjalani khitan karena sesuatu hal? Sebagai orang tua kita pasti khawatir dan berusaha mencari informasi bagaimana cara mengkhitankan bayi yang aman.
Kali ini Keluarga Biru akan berbagi pengalaman saat harus mengkhitankan Aiman di usia satu setengah tahun. Penyebab Aim harus menjalani operasi sirkumsisi ini karena dia menderita fimosis. Fimosis sendiri adalah penyumbatan lubang penis yang karena bawaan lahir atau infeksi. Fimosis menyebabkan air seni tersisa di kulup penis sehingga menimbulkan infeksi, salah satu cirinya adalah bayi sering mengalami panas dan demam.

Dikhitan Karena Fimosis

Kepastian kalau Aim terkena fimosis muncul setelah dia harus dirawat di rumah sakit untuk kedua kalinya karena infeksi.  Waktu itu Dr.Ratna, DSA yang menangani Aim menyampaikan bahwa Aim harus disunat agar tidak terkena infeksi berulang kali. Hal ini bisa berpengaruh pada pertumbuhannya. Saya lupa kapan mulai menyadari kalau lubang penis Aim begitu kecil, yang pasti saya sudah mulai menduga-duga apakah Aim terkena fimosis dan ternyata benar. Di rumah sakit tempat Aim diopname ini biaya khitan untuk bayi sekitar tujuh juta rupiah. Yang membuat biayanya mahal adalah khusus khitan bayi ini harus dibius total agar tidak menimbulkan trauma pada bayi dan dokter yang menangani haruslah dokter urologi.
 Saya kemudian mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang fimosis dan bagaimana cara penyembuhannya di internet. Dari sebuah forum diskusi parenting saya mendapatkan data ternyata banyak juga bayi laki-laki yang mengalami fimosis dan mayoritas langsung mengambil tindakan khitan. Ada seorang ibu anggota forum yang anaknya juga mengalami fimosis namun dia memilih tidak menyunatkan anaknya karena dia mendapatkan informasi bahwa lubang penis yang kecil pada bayi adalah wajar dan nanti seiring bertambahnya usia akan membesar sendiri. Saya sempat ingin mengikuti apa yang dilakukan ibu tersebut namun saya teringat kembali apa yang dikatakan Dr.Ratna, saya tidak mau mengambil resiko. Akhirnya kami pun mantap memilih jalan khitan.




Yang pertama saya lakukan adalah mencari informasi rumah sakit yang mempunyai dokter urologi dan menerima asuransi. Kebetulan Aiman punya dua asuransi yaitu Askes (BPJS) dan Prudential. Atas saran agen asuransi, saya mencari informasi di Rumah Sakit Islam Aisyiah Malang. Alhamdulillah di RSI Aisyiah mempunyai dokter urologi yaitu Dr.Besut sedangkan untuk biaya operasinya bisa dicover dengan Prudential karena Dr.Besut tidak bekerja sama dengan Askes. Saat memeriksakan Aim ke Dr.Besut, beliau hanya melihat sekilas sudah langsung menyatakan bahwa Aim positif fimosis dan harus dikhitan. Kami lalu menentukan hari operasinya, sengaja saya pilih hari Sabtu agar saya tidak perlu ijin kerja sehingga bisa dengan tenang menemani Aiman. Untuk biayanya diperkirakan habis 7 juta rupiah.

Hari Yang Mendebarkan

Sesuai dengan instruksi Dr.Besut Aim kami masukkan ke RSI Aisyiah pada Jumat sore agar Aim bisa diperiksa kondisinya apakah sehat dan sudah siap untuk menjalani operasi sirkumsisi besok paginya. Awalnya Aim diperiksa di UGD untuk pemeriksaan umum, setelah baru diantarkan ke ruang anak-anak yaitu Ruang Ali Kelas 3. Sebenarnya fasilitas rawat inap Aim di Prudential mendapatkan jatah kelas 2 namun kami pilih kelas 3 agar biayanya tidak terlalu besar.
Di ruangan tempat Aiman dirawat ternyata sudah ada dua anak yang sudah dirawat lebih dulu, ada seorang anak perempuan umur 8 tahun yang menderita sakit jantung bawaan dan seorang bayi seumuran Aiman yang sakit panas. Kedua orang tua anak-anak sempat heran melihat Aiman yang tampak tetap ceria dan bugar meski harus ngamar, kemudian kami jelaskan kalau Aim hendak menjalani khitan.
Untuk menjalani perawatan di RSI Aisyiah ini kami hanya perlu menunjukkan kartu Prudential saja namun pihak rumah sakit tetap harus melakukan konfirmasi kepada pihak Prudential. Nah, waktu kami masuk itu sudah sore dan admin Prudential sudah pulang. Ditambah lagi hari Jumat sehingga baru bisa dikonfirmasi hari Senin. Awalnya kami sempat bersitegang dengan pihak RSI Aisyiah yang meminta persetujuan awal dari kami jika pihak Prudential tidak bersedia menanggung biaya khitan maka kami harus membayar sendiri. Tentu saja kami tidak mau karena jujur kami tidak mempunyai persediaan dana sebesar 7 juta. Kalau memang Prudential tidak mau menanggung maka kami akan pindah rumah sakit saja. Karena ketidak pastian ini, jadwal sunat Aiman yang sedianya hari Sabtu menjadi tertunda. Kami pun hanya bisa menunggu dan berharap pertolongan dari Allah.

Alhamdulillah tidak sampai hari Senin kami mendapatkan kepastian dari RSI Aisyiah jika Prudential akan menanggung biaya khitan Aim. Sujud syukur kami panjatkan kepada Allah, tidak sia-sia selama ini kami menyisihkan penghasilan kami untuk membayar polis Aim tiap bulannya. Jadwal khitan Aim pun diatur ulang dan syukurlah Aim tetap bisa khitan hari Sabtu, hanya jamnya saja yang berubah.
Oh iya, sebelum kami memutuskan untuk mengkhitankan Aim kami sudah punya komitmen untuk membantu event menulis yang diselenggarakan sahabat kami, Anis. Saya menjadi juri sedangkan Mama Ivon menyumbangkan snack buatan Dapur Ivonie. Awalnya rencana kami setelah Aim disunat Sabtu pagi, maka siangnya Mama Ivon bisa pulang sebentar untuk membuatkan snack namun karena jam khitan diundur habis Ashar maka saya harus sendirian mendampingi Aim menunggu waktunya dikhitan. Meskipun hanya operasi kecil namun tetap saja Aim harus berpuasa selama 6 jam sebelum dikhitan dan ini termasuk berat buat kami. Selepas makan siang saya bisa santai karena Aim tertidur. Perjuangan baru dimulai saat Aim siuman dari tidur, seperti biasa dia akan mencari Mama Ivon untuk nenen. Karena Mama Ivon tidak ada, jadilah Aim rewel dan menangis. Untunglah sepupu saya Fitri dating menemani sehingga bisa membantu mengalihkan Aim dari rasa hausnya. Kami mengajak Aim melihat-lihat ke jendela, melihat kucing dan apa saja yang bisa menghentikan tangisannya. Karena jika Aim terus menangis dia akan semakin haus.


Selepas Maghrib kami baru dipanggil oleh perawat menuju ruang operasi. Dengan didampingi Fitri dan Bulek Min yang dating belakangan, saya menggendong Aiman yang sudah mengenakan baju operasi menuju ruang operasi. Waktu saya gendong Aim sudah bisa reda tangisnya tapi ketika kami memasuki ruang operasi yang dingin dan melihat suster dan seorang dokter, tangis Aim kembali pecah. Kami berusaha menghiburnya dengan menyalakan video kesukannya di hape saya, namun tidak mempan. Barulah ketika seorang dokter meminjam hapenya dan memperlihatkan video rekaman aktraksi kembang api, Aim mau berhenti menangis. Saya benar-benar tidak tega melihatnya, apalagi saat dokter anastesi menyuntikkan obat bius ke tubuhnya, Aim meronta-ronta dan kembali menangis.
Setelah obat bius disuntikkan Aim masih saja menangis namun lama-kelamaan tangisnya reda dan akhirnya dia tak sadarkan diri di gendongan Bulek Min. Sesaat saya merasa down karena takut akan kehilangan Aiman. Tapi segera saya menguasai diri karena ini semua dilakukan demi kesehatan dan kebaikan Aiman. Aiman kemudian dibaringkan di atas tempat tidur dan kami bertiga diminta untuk keluar dari ruang operasi. Untuk terakhir kalinya saya melihat Aim. Yang kuat Nak, ini demi kesehatanmu. Jangan takut Aim, kami menunggumu di luar. Cepat siuman Nak…
Waktu terasa begitu panjang dan menyiksa batin saat kami menunggu proses khitan Aiman. Saya tak hentinya berdoa sepenuh hati agar Allah memberikan kelancaran pada proses operasi. Mama Ivon baru kembali dari rumah kira-kira dua puluh menit setelah operasi dimulai. Sedikit senewen juga sih saya sama Mama Ivon karena tidak mau mendengar saran saya untuk membeli kue saja. Apalagi dia juga tak kunjung datang sehingga saya harus sendirian menenangkan Aim sebelum dioperasi. Ini mengingatkan saya ketika Mama Ivon harus dioperasi Caesar saat melahirkan Aim. Saat itu saya juga sendirian mendampinginya dioperasi. Nggak menyangka, kini pengalaman serupa terulang lagi.

Perawatan Setelah Khitan

Alhamdulillah operasi sirkumsisi berjalan lancar. Setengah jam setelah keluar dari ruang operasi Aim siuman dan yang pertama dicari pastilah Mama. Kasihan, dia pasti sangat kehausan. Sebelumnya perawat sudah memberitahu kami agar memberikan air putih terlebih dahulu. Aim menyedot air dari gelas dengan tergesa-gesa, dia memang sangat kehausan. Tapi setelah itu dia masih menangis, rupanya dia ingin nenen sama Mama Ivon. Saya lalu bertanya kepada perawat apakah sudah boleh minum susu, mereka pun memperbolehkan.
Jangan membayangkan bahwa meski baru disunat Aim akan tergolek lemas atau gimana, dia justru tetap aktif seperti biasanya. Malahan kami yang ketar-ketir sendiri melihat tingkahnya yang seperti tak merasakan sakit sama sekali. Apalagi luka sunatnya itu dibiarkan terbuka begitu saja, kami khawatir kalau luka sunatnya akan tergesek atau tergencet saat Aim bertingkah. Dr.Besut sendiri mengatakan bahwa lukanya sengaja tidak diperban agar cepat kering. Adapun metode yang dipergunakan untuk mengkhitan Aim adalah gabungan antara metode konvensional dan laser.
Minggu siang Aim sudah diperbolehkan pulang. Kami pun merasa lega namun sekaligus khawatir dengan perawatan setelah khitan. Modal kami hanyalah petunjuk dari Dr.Besut yang diberikan sesaat setelah operasi, sedangkan perawatnya tidak memberikan petunjuk atau intruksi khusus kepada kami. Untuk makanan tidak ada pantangan, Aim boleh makan apa saja. Beda dengan saya dulu, keluarga tidak memperbolehkan saya mengkonsumsi telur dan daging-dagingan karena khawatir luka sunat tidak akan cepat mengering. Ternyata anggapan itu salah, justru semakin beragam makanan yang dikonsumsi anak yang habis sunat maka akan semakin cepat lukanya mengering. Untuk sementara Aim tidak boleh memakai pampers karena menghindari resiko luka khitan terkena infeksi jika bersentuhan terlalu lama dengan air kencing. Untuk pengobatannya, Aim diberikan obat yang diminum untuk menghilangkan rasa sakit dan salep untuk dioleskan di penisnya.

Merawat balita aktif yang habis khitan itu benar-benar menguji kesabaran. Tingkah laku Aim makin menjadi saja setelah berada di rumah, dia berlarian ke sana ke mari. Naik turun tempat tidur dengan santainya tanpa terganggu oleh penisnya yang baru disunat tersebut. Karena tidak boleh memakai pampers maka kami harus rela berulang kali membersihkan lantai dari air kencing Aim. Malah pernah ketika saya lagi di kantor, Mama Ivon wasap kalau Aim kencing sambil berlarian sehingga air kencingnya berceceran di ruang tamu. Hari-hari pertama Aim masih ngompol saat, tapi hari berikutnya dia tidak kencing sama sekali saat tidur. Yang repot itu kalau saat keluar, kami terpaksa menggunakan pampers dan rajin memeriksa untuk memastikan luka sunatnya tidak berdarah. Sebagai ganti pampers, kami menggunakan celana dalam khusus khitan bila sedang berada di rumah. Lumayanlah, kami jadi tidak sering-sering mengepel lantai.


Aiman Keluarga Biru

Untunglah, masa-masa sulit itu berhasil kami lalui dengan baik. Seminggu setelah khitan Aim sudah bisa beraktivitas seperti biasa. Waktu masih baru disunat dia masih suka excited melihat bentuk penisnya yang ‘baru’ tapi kini sudah terbiasa. Aim kini jauh lebih sehat dan makin aktif saja, kalaupun sakit hanyalah demam biasa yang sembuh dalam hitungan hari. Semoga cerita kami ini berguna bagi siapa saja yang membaca, terutama bagi para orang tua yang harus mengkhitankan anaknya saat masih bayi, aamiin.

42 comments

  1. Aku yang baca aja deg-degan wan. Tapi hepi ending ya, yeey Aim sudah khitan :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kelak kamu juga akan mengalaminya Yan jika mendampingi anakmu sunat tapi jangan pakai fimosis ya, sunat yang normal saja he3

      Delete
  2. Sama seperti Cek Yan, aku bacanya deg-degan. Alhamdulillah sudah terlewati ya dan sekarang Aim sudah dikhitan. Semoga sehat selalu ya, Aim :)

    Soal asuransi, memang bermanfaat sekali, Ihwan. Sekilas kalau hanya melihat dari sisi 'jumlah yang dikeluarkan', ya memang seperti rugi. Padahal, kalau dilihat dari segi manfaat, jelas untung banyak. Memang sih, ga ada yang mau sakit. Tapi sakit juga kalo datang ga pernah bilang-bilang ya. Tahu-tahu sudah merangsek masuk ke badan. Kalau sudah parah, butuh banyak biaya untuk pengobatan. Adanya asuransi sangat membantu. Aku sendiri sudah berkali-kali merasakan manfaatnya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Menunggu orang tercinta yang sedang tergeletak di meja operasi itu adalah pengalaman yang takkkan terlupakan Mbak ;-)
      Aamiin, makasih doanya Budhe.

      Andai mayoritas teman-teman saya punya kesadaran akan pentingnya asuransi seperti Mbak pasti saya akan sangat senang sekali he3

      Delete
  3. Huhuhu terharu, maafin mama ya nak gak bisa mendampingimu dulu. Sekarang Aim sudah sehat dan semoga mama punya stok sabar lebih banyak :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya nggak apa-apa Ma, maafnya ganti angpaw sunat aja :D
      Aamiin, semoga kita diberi pengetahuan dan kesabaran dalam menddik Aim Ma.

      Delete
  4. Bacanya jadi ikut keiris iris, anakku imunisasi aja aku langsung bilang "aku saja yang disuntik" nggak tega lihat dia nangis ama sakit. semoga sehat selalu ya Aim. Amin Ya Rabb

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mbak Zulfa suayaang banget ya ama Najin. Aku juga misal liat Aim sakit gitu pengin kupindahin saja sakitnya padaku, naluri orang tua memang selalu gitu. Aamiin, doa yang sama buat Najin ya Mbak.

      Delete
  5. wah ini bakal terjadi sama anak saya besok ketemuan dokter,tindak lanjut kepastian disunat ga nya... , perasaan yg sama dalam artikel ini dag dig dug... mungkin ini jln terbaik buat anak ,mudah ''an besok di di beri kelancaran juga penaganan yg tepat supaya lekas ceria dan bermain lg anak say..Aamiin..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga segera dapat kepastian ya Mas. Kalaupun memang harus dikhitan semoga berjalan lancar agar anaknya sehat dan ceria lagi seperti sedia kala, aamiin. Makasih sudah mampir dan salam kenal :-)

      Delete
  6. Mas, salam kenal. Nama saya fauzi asal jogja. Anak saya juga fimosis. Asuransi nya pake prudential dan bpjs. Untuk prudential ditanggung brp mas untuk biaya operasinya?

    ReplyDelete
  7. aku biyen yo sepit e pas umur rong tahun kok wan, malahane ngasi gede ora ana kewajiban sunat maning :D

    ReplyDelete
  8. Salepnya namanya apa bu? Untuk mengobati setelah sunat.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Kalau nggak salah Teramicyn, saya dapat dari resep dokternya Bu :-)

      Delete
  9. terima kasih infonya sangat berguna sekali

    ReplyDelete
  10. minta do'a nya ya semua, anak saya tgl 2 Maret besok akan dikhitan karena phymosis. Jujur sampai saat ini saya masih sangat khawatir karena umur anak saya masih 6bln,tapi saya takut akan timbul penyakit lain jika anak saya tidak dikhitan. Terimakasih, ceritanya membuat saya sedikit lega

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wajar Mas jika khawatir, saya saja yang Aiman berumur dua tahun saat dikhitan khawatir apalagi Mas Irvant. Semoga khitannya berjalan lancar dan setelah itu anaknya lekas pulih dan sehat. Sama-sama, senang bisa ikut melegakan hati Mas Irvant.

      Delete
  11. Anak saya umur 2thn jg bsk mau ada tindakan sunat krn fimosis. Sy jg sangat dag dig dug apalagi blm dpt kepastian dr prudential. Jengkel sy krn dijanjikan akan dikabari bisa atau tidaknya tp malah tdk dikabarin jg malah pas sy tlp ke rmh sakit hermina alasannya blm di acc prudential sdgkn dr prudential bln diajukan rmh sakit hermina. Jd dilempar sana sini. Gmn mas apa yg hrs sy lakukan? Pdhl bsk sdh janjian sm dokter bedah jam 15.00

    ReplyDelete
    Replies
    1. Seperti yang saya tuturkan di dalam blog, saya pun juga harus menunggu lama Mas tentang kepastian apakah biaya sunatnya akan dicover Prudential atau tidak.
      Memang dari Prudential butuh konfirmasi dulu ke dokter bedah apakah penyebab anak kita disunat itu sesuai dengan ketentuan penyakit yang bisa dicover atau tidak. Saya doakan semoga biaya sunat anaknya dicover oleh Prudential ya Mas, aamiin.

      Delete
    2. Kasusnya sama seperti saya. Oleh pihak hermina dijanjikan proses acc asuransi selesai dlm 3hari (sy daftar rawat inap hr senin malam), tp sampai jumat pagi blm jg dapat konfirmasi via telepon untuk kepastian acc dan jadwal operasi dari RS. Suami saya telepon asuransi, katanya tdk ada pengajuan dari pihak RS Hermina dan mereka menjelaskan bahwa sebenarnya mereka cepat dlm mengganti klaim dari pasien. Akhirnya saya dan suami berinisiatif datang langsung menanyakan ke pihak hermina. Sebelumnya (hr selasa) pihak perawat kan bilangnya hrs ada acc asuransi baru bisa ditentukan jadwalnya, sedangkan hari ini (tgl 1 april 2016) pihak pendaftaran bilang hrs ditentukan jadwal dulu baru bisa acc asuransi. Jengkel, saya marah2 ke pihak pendaftaran, ttg perbedaan informasi ini. Akhirnya dibuatkan solusi oleh yg berasangkutan, bahwa saya bersedia membayar pribadi apabila asuransi tidak mengcover biayanya. Lalu kami diantar ke ruang OK untuk mem buat jadwal operasi, kami mendesak besok dilakukan tindakan operasinya. Malam hari sekitar pukul 7 kami di telepon oleh ruang OK yg memberi kepastian bahwa operasi dilakukan besok (2 april 2016) pukul 15.00. Sehingga putra saya Razka (3th 11 bulan) hrs berpuasa total dari jam 9 pagi.
      Hal yg sama juga saya rasakan, sedih ketika melihat anak saya jerit2 kesakitan dipasang infus dll, apalagi ketika menemaninya masuk ruang operasi dan dibius total. Alhamdulillah proses operasinya cepat sekitar 10 menit. Sekarang tinggal pemulihannya di rumah. Semoga anak kami menjadi lebih sehat lg dari sebelumnya.

      Delete
    3. Alhamdulillah kalo sunatnya sudah dilakukan, gimana sekarang kondisi anaknya Mbak? Lalu untuk biayanya apa di-acc sama pihak asuransi?

      Delete
  12. Anak saya umur 2thn jg bsk mau ada tindakan sunat krn fimosis. Sy jg sangat dag dig dug apalagi blm dpt kepastian dr prudential. Jengkel sy krn dijanjikan akan dikabari bisa atau tidaknya tp malah tdk dikabarin jg malah pas sy tlp ke rmh sakit hermina alasannya blm di acc prudential sdgkn dr prudential bln diajukan rmh sakit hermina. Jd dilempar sana sini. Gmn mas apa yg hrs sy lakukan? Pdhl bsk sdh janjian sm dokter bedah jam 15.00

    ReplyDelete
  13. Anak saya umur 5 bln, kata dokter fimosis. Tp anak saya ga pernah demam atau sakit, hanya pipisnya kemerah merahan. Ciri2 fimosis yg dialami anak bunda gimana sih bund?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ciri-ciri yang bisa dilihat secara jelas adalah kulup penisnya yang berlubang kecil Mbak. Jika kencing biasanya menggembung karena lubangnya kecil sehingga tidak bisa lancar keluarnya.

      Delete
  14. Anak saya umur 5 bln, kata dokter fimosis. Tp anak saya ga pernah demam atau sakit, hanya pipisnya kemerah merahan. Ciri2 fimosis yg dialami anak bunda gimana sih bund?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Bunda Eka, maaf baru jawab. Kalau Aiman pipisnya nggak kemerah-merah tapi sering demam or sakit. Trus kalo kencing itu kulit penisnya menggembung. Gimana keadaan anaknya sekarang, apa disunat juga?

      Delete
  15. Ya allah sedih sekali hati ini saat membacanya ,apalagi saya baru mengetahui anak saya jg terkena fimosis dan baru akan konsultasi kedokter anak besok ..��
    Mohon doanya agar ada jalan keluar yg terbaik untuk anak saya "hafizh" ..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yang sabar ya Mbak Ella, semoga mendapatkan solusi yang terbaik yang penting anaknya sehat.

      Delete
  16. Bunda admin keluarga biru , domisili d malang kah ? Saya ingin banyak menanyakan ttg fimosis krnanak sy pun begitu dan harus d sunat , bisa saya minta nomor yg bisa d hubungi ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya kami domisili di Malang. Silakan hubungi Papa Ihwan di nope ini: 082233822410.

      Delete
  17. Salam mba, saya mau tanya brp lama rawat inap di rumah sakit ya mba?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ya Allah maaf saya telat bacanya. Aiman dulu dirawat inap hanya dua hari Mbak, malah kalau tidak menunggu kepastian dari Prudential bisa sehari saja. Gimana sekarang kabar putranya?

      Delete
  18. Bunda admin anak sya baru berumur 7 minggu,,kemarin ke dr. Anak di rs. Bunda.. katanya ank laki2 sya terkena fimosis. Krn sya liat ujung penisnya merah sejak lair,.. apa yg hrs sya lakukan? Menunggu ank agar besar sedikit atau lgsg ke dokter bedah.. kasian masih umur 7 hari ank sya (arzillo..)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam Bunda. Kata dokter anaknya gimana? Apa beliau tidak memberikan saran baiknya dikhitan kapan?
      Bisa juga Bunda langsung datang ke dokter bedah dan bertanya langsung. Semoga lekas sembuh ya putranya, saya tunggu kabar selanjutnya. Kalau mau sharing bisa di wasap: 082233822410.

      Delete
  19. saat disunat aim usia berapa..??

    ReplyDelete
  20. Aiiimmmm anak pinterrrrr hebat juaraaakkk

    ReplyDelete
  21. Anak sy usia 5,5 bln dari usia 4bln difonis fimosis oleh dr anak. Anak sy sering demam pagi hingga siang hari. Kta dokter anak bsa disunat saat berat 10kg. Anak sy baru 8kg. Sampe skrg mau suntik DPT 3 tertunda krn demam. Apakah anak bunda sering demam jg?

    ReplyDelete
  22. Kalo bayar mandiri berapa kisaran biaya nya ??

    ReplyDelete
  23. salam kenal sama keluarga biru, pengalaman yang begitu berharga yah mas dalam menguji kesabaran setelah khitanan anak

    Kebetulan saya sendiri punya anak laki-laki umur 8 bulanan, sering pakai pampers, saya juga takut sendiri sihh, banyak orang mengatakan bahwa kalau sering pakai pampers itu suka ada gangguan dipencernaan si anak. Tapi saya juga sering takut sampai sekarang juga mas, saya udah sarannin ke istri saya untuk supaya anak kami jangan sering pakai pampers terus,

    Apa benar yahh fimosis itu bisa terjadi karena pakai pampers?

    ReplyDelete

Popular Posts