Mengobati Sakit Gigi saat Pandemi



“Kenapa Mas?” tanya saya ketika melihat Mas Aiman, anak sulung saya, mendadak memegangi pipi saat sedang makan.

“Ada nasi yang masuk ke gigiku,” jawabnya sambil nyengir kesakitan.

Salah satu gigi geraham Aiman memang ada yang berlubang. Sebenarnya saya sudah lama ingin mengajaknya ke dokter gigi untuk menambal gigi berlubang tersebut. Namun karena masih pandemi sehingga belum bisa dilakukan.

Masalah gigi berlubang adalah masalah klasik yang sering dialami semua orang, terutama yang kurang memperhatikan kebersihan gigi. Mulai dari anak-anak, remaja, dewasa hingga lansia. Saya sendiri pernah menderita abses gigi karena gigi berlubang yang sudah parah kondisinya.

Awalnya saya kira hanya sakit gigi biasa, jadi saya hanya meminum obat penghilang rasa nyeri yang dijual bebas di warung. Namun setelah beberapa hari, sakit gigi saya semakin parah bahkan pipi kanan saya mulai membengkak. Akhirnya saya pun memberanikan pergi ke dokter gigi.

Oleh dokter gigi, saya diberikan obat untuk menyembuhkan sakit gigi dan mengurangi bengkak di gusi. Sebenarnya saya ingin gigi yang sakit itu dicabut karena lubangnya sudah besar namun dokter mengatakan kalau gigi yang sakit tidak diboleh dicabut. Harus menunggu sembuh terlebih dahulu.

Alhamdulillah selang 3 hari, sakit pada gigi berlubang sudah hilang. Namun pipi kanan saya semakin membesar, kira-kira sampai sebesar bola tenis. Saya sampai ngeri sendiri saat berkaca, permukaan pipi yang bengkak terasa begitu kencang seperti balon yang dipompa maksimal. Terasa banget perbedaan antara pipi kanan dan kiri, selain agak panas juga wajah jadi berat sebelah.

Saya kembali ke dokter gigi, beliau sampai kaget melihat kondisi saya. Dokter lalu menyuruh saya untuk melakukan foto rontgen gigi geraham guna mengetahui kondisi gigi secara detail. Antara pengin nangis tapi juga ketawa, seumur-umur sakit gigi baru kali ini sampai harus foto rontgen segala.

Selesai foto rontgen gigi, saya kembali ke dokter gigi. Berdasarkan hasil foto tersebut, dokter baru berani mengambil tindakan pencabutan gigi. Setelah itu saya masih harus menunggu kondisi pasca pencabutan, jika bengkak pipi saya tidak kunjung mengempis maka terpaksa harus dilakukan tindakan pembedahan pada pipi kanan bawah untuk mengeluarkan cairan nanah.

Bayangin, gimana kagetnya saya saat itu. Ternyata dampak buruk dari gigi berlubang sangat besar, saya beneran menyesal tidak merawat gigi dengan baik. Selain harus menahan sakit, menanggung malu juga membutuhkan biaya yang cukup besar untuk ukuran saat itu. Kalau ditotal biaya yang saya keluarkan sejak sakit hingga sembuh mencapai setengah juta lebih.

Sepulang dari dokter gigi, saya merasakan ada yang aneh di lidah. Ada rasa asin-asin nggak jelas gitu. Saya lalu meludahkannya, kok warna cairannya kuning keruh. Ternyata itu cairan di gusi yang bengkak. Saya segera ke kamar mandi, di sana saya hisap pelan-pelan cairan itu dari gusi trus saya ludahkan. Saya ulangi sampai beberapa kali hingga tak terasa pipi yang bengkak mulai mengempis. Alhamdulillah Ya Allah, saya sangat bersyukur sekali atas keajaiban yang saya alami. Saya tidak perlu menjalani pembedahan di pipi untuk mengeluarkan cairan abses gigi.

Itulah pengalaman saya menderita abses gigi karena gigi berlubang yang parah. Saya merasa kecolongan saat mengetahui salah satu gigi Mas Aiman ternyata berlubang. Selain memang kurang disiplin menggosok gigi, kesukaannya makan kue dan permen coklat turut menyebabkan giginya berlubang.



Trus gimana dong mengobati anak sakit gigi di saat pandemi gini? Untungnya saya sudah install aplikasi Halodoc di smartphone. Saya tinggal mencari fitur chat dengan dokter untuk berkonsultasi terkait sakit gigi yang dialami Mas Aiman. Alhamdulillah untuk biaya konsultasinya gratis, saya pun mendapatkan informasi obat sakit gigi untuk anak yang tepat. Untuk pembelian obatnya bisa beli sendiri ke apotek atau menggunakan jasa pembelian obat di Halodoc.


No comments

Popular Posts