Dengar Alam Bernyanyi Selamatkan Hutan KIta

 

dengar alam bernyanyi

Di dekat rumah saya dulu tepatnya di Jl. Ikhwan Ridwan Rais terdapat sebuah hutan kota yang dinamakan Lambau. Nama Lambau berasal dari bahasa Belanda: Landbouw yang artinya pertanian, maklum lidah orang Malang yang notabene Jawa medhok tidak bisa melafalkannya dengan sempurna sehingga ‘melenceng’ menjadi Lambau. Selain sebagai hutan kota, dahulu di Lambau juga terdapat lapangan tembak, perkebunan, persawahan, lapangan sepakbola dan berfungsi sebagai ruang terbuka hijau dan daerah resapan air. Maka tak heran jika di Lambau dulu kita bisa menemukan beberapa species semacam ular sanca, burung rangkok, kepodang dan lainnya.

Di Lambau juga pernah berdiri sebuah sekolah bernama SPMA (Sekolah Pertanian Menengah Atas). Bahkan di sana terdapat beberapa rumah mewah milik orang keturunan Thionghoa, saya dulu pernah berangan-angan betapa senangnya jika memiliki rumah di sana.

Kenangan Masa Kecil di Lambau


lambau hutan kota malang

Bagi saya, Lambau menyimpan kenangan masa kecil saat masih duduk di bangku sekolah dasar. Saat pelajaran olahraga, guru olahraga kami suka mengajak kami berolahraga di sana. Dalam sebulan minimal tiap kelas 1 kali diajak ke sana.  Kebetulan memang lokasi sekolah dekat dengan Lambau, perjalanan ke sana cukup ditempuh dengan jalan kaki saja kurang lebih 10-15 menit. Di sana, biasanya kami memainkan berbagai macam jenis olahraga, yang paling sering adalah sepakbola dan bola kasti.

Kenangan yang paling membekas bagi saya adalah saat bermain sepakbola di tengah guyuran hujan yang begitu deras dan akibatnya kami semua pulang ke sekolah dengan baju olahraga basah kuyup dan kotor terkena lumpur. Selain tempat berolahraga, Lambau juga dimanfaatkan para siswa untuk praktikum Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan mencari bahan alam untuk tugas hasta karya.

Di luar jam sekolah, saya juga sering bersepeda ke sana melewati area perkebunan coklat dan menikmati pemandangan hutan yang asri dan hijau. Warga sekitar juga sering main ke Lambau untuk sekedar refreshing bersama keluarga atau bermain sepakbolah bareng teman sekampung. Memang begitu banyak manfaat hutan kota Lambau yang kami rasakan saat itu.

Ketika saya duduk di bangku SMP saya sudah jarang bermain ke Lambau dan ternyata area hutan kota itu dipagari dengan seng-seng. SPMA yang berganti nama menjadi STPP (Sekolah Tinggi Penyuluh Pertanian) dipindah ke Jl. Dr. Cipto Bedali, Lawang. Rumah-rumah mewah yang ada di dalamnya juga ikut dikosongkan. Tak beberapa lama di sebagian besar area Lambau dibangun sebuah perumahan elite bernama Idjen Nirwana Residence. Sisa tanah Lambau dan bangunan bekas SPMA sempat terbengkalai selama beberapa tahun, baru di tahun 2013 STPP membangun lagi gedung perkuliahan di sana.


STTP MALANG
sumber foto: https://sebuahkronika.wordpress.com/2015/01/12/stpp-malang/


Deforestasi Mengancam Hutan Indonesia

Cerita tentang hutan kota yang dialihfungsikan menjadi kawasan-kawasan yang dikomersilkan, seperti permukiman, perdagangan, sarana prasarana pendukung perkotaan hingga kawasan industri pasti juga terjadi di kota besar lainnya. Hal ini adalah salah satu tuntutan dan dampak dari modernisasi yang mau tidak mau terjadi di berbagai negara di belahan bumi lainnya. Bahkan bukan hanya hutan kota, hutan di pedesaan dan daerah terpencil juga banyak yang mengalami hal serupa bahkan lebih tragis.

Saat ini, sekitar 30 % daratan di permukaan bumi terdiri dari berbagai jenis hutan. Namun setiap tahun deforestasi selalu terjadi dan menyebabkan penyusutan luas hutan. Diperkirakan penyusutan hutan setiap tahunnya mencapai angka 15 juta hektar.

Seperti kita ketahui bersama bahwa hutan memiliki fungsi sebagai sistem penyangga kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan makhluk hidup, termasuk manusia. Itulah sebabnya kenapa kondisi hutan yang rusak akan memutus rantai kehidupan dan berpotensi mendatangkan bencana alam sehingga menimbulkan kerugian material bahkan kehilangan nyawa. Kerusakan hutan beserta komponen biofisik di dalamnya secara tidak langsung juga menyebabkan terjadinya  pemanasan global.


deforestasi hutan
sumber foto: https://www.gurugeografi.id/2018/12/pengertian-deforestasi-degradasi-dan.html

Deforestasi adalah masalah lingkungan yang selama 4 dekade ini menjadi pembahasan penting para pemimpin dunia. Akibat dari penggundulan hutan akan menyebabkan banyak masalah hingga perubahan iklim. Oleh karena itu, dibutuhkan peran manusia untuk mencegah deforestasi atau menahan laju degradasi hutan. FYI, deforestasi adalah proses penghilangan hutan alam dengan cara penebangan guna mengambil hasil hutan berupa kayu atau mengubah fungsi lahan hutan menjadi fungsi non-hutan.

Indonesia sendiri memiliki 5 jenis hutan yang tersebar di penjuru nusantara, hal ini membuat #IndonesiaBikinBangga. Adapun jenis-jenis hutan di Indonesia antara lain:

1. Hutan Hujan Tropis

Sebagai negara tropis, Indonesia tentu memiliki hutan hujan. Hutan jenis ini banyak tersebar di seluruh kepulauan Indonesia dengan sinar matahari, curah hujan dan temperatur udara yang tinggi. Ekosistem yang dapat ditemukan di dalam hutan jenis ini sangat bervariasi, dengan tanaman yang cenderung berbatang besar dan berdaun lebat. Karenanya, hutan hujan tropis cocok sebagai tempat penangkaran berbagai flora dan fauna.

2. Hutan Bakau

Indonesia adalah negara kepulauan. Artinya, negeri ini memiliki banyak garis pantai dan hutan bakau yang sangat berguna bagi kehidupan air dan warga pesisir pantai. Hutan bakau, seperti namanya, terdiri dari pohon bakau yang tumbuh di pantai yang landai dan berlumpur. Jenis hutan ini sangat berguna untuk pemecah dan penahan ombak, pencegah abrasi, serta sebagai tempat hidup ikan dan udang kecil.

3. Hutan Sabana

Meskipun disebut hutan, sabana terlihat seperti padang rumput yang diselingi pepohonan dan semak belukar. Biasa dijumpai di daerah timur Indonesia, hutan sabana cocok untuk dijadikan lahan peternakan. Sapi, kambing, hingga kuda dapat dengan leluasa merumput di hutan sabana yang luas dan terbuka.

4. Hutan Rawa

Hutan jenis ini banyak ditemukan di pantai timur Sumatera, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah. Tanah yang digenangi air menjadi tempat hidup bagi tumbuhan seperti pandan dan ketapang. Rata-rata tanaman yang tumbuh di hutan ini berukuran kecil dan tidak memiliki akar yang kuat menembus tanah yang padat. Hutan jenis ini berguna sebagai sumber cadangan air dan dapat mencegah terjadinya intrusi air laut ke dalam air tanah.

5. Hutan Musim

Jenis hutan ini mendapatkan namanya karena memiliki perbedaan cukup mencolok saat pergantian musim terjadi. Hutan yang dapat ditemukan baik di dataran tinggi maupun dataran rendah ini memiliki variasi fauna yang tidak sebanyak hutan hujan tropis. Kebanyakan tanaman yang tinggal di hutan jenis ini merupakan spesies serangga, burung, hingga ular. Pada musim hujan, daun-daun tumbuhan di hutan ini akan terlihat hijau lebat, tetapi ketika musim panas tiba, hutan musim akan terlihat berbeda karena dedaunan tumbuhan tersebut akan meranggas ketika peralihan musim terjadi. Hutan ini dapat menjadi indikator pergantian musim dan dijadikan sebagai hutan produksi.

6 Cara Menjaga Hutan Indonesia

jaga kelestarian hutan indonesia


Menjadi tanggung jawab kita semua saat ini untuk menjaga kelestarian hutan Indonesia agar kelak kita bisa mewariskan kehidupan yang jauh lebih baik untuk anak cucu. Untuk itulah mulai sekarang kita harus melakukan langkah dan cara untuk menjaga hutan kita.

1. Menanam Pohon

Memanfaatkan ruang terbuka di sekitar rumah, sekolah, ataupun tempat lain untuk menanam pohon. Ini menjadi langkah kecil yang bisa kamu lakukan untuk menjaga kelestarian tanaman. Bahkan di beberapa tempat, ada yang menggalakkan gerakan 1 orang 3 pohon. Kamu bisa mencobanya di rumah ya! Jika tidak ada lahan, manfaatkan media tanam seperti pot.

2. Mencegah Pembalakan Liar Dan Alih Fungsi Hutan

Pembalakan liar akan membuat hutan menjadi rusak. Upaya pencegahannya perlu melibatkan pihak pemerintahan di suatu negara baik melalui kampanye yang dilakukan atau melalui peraturan pemerintah (PP) tentang perlindungan kawasan hutan.

Alih fungsi lahan yang masif juga menjadi salah satu kendala dalam bagaimana cara melestarikan hutan. Banyak perusahaan negara dan swasta yang sengaja melakukan alih fungsi hutan menjadi perkebunan sawit dan lahan pertambangan tanpa perencanaan matang.

Penduduk pun ikut berkontribusi membuat hutan semakin sempit dengan mengubahnya menjadi permukiman. Bukti adanya alih fungsi hutan adalah banyak kita dengar berita kawanan gajah atau monyet yang keluar dari habitatnya untuk mengganggu manusia atau sekadar mencari makanannya.

3. Tebang Tanam Dan Tebang Pilih

Perusahaan negara dan swasta yang memanfaatkan hutan produksi perlu menerapkan tebang tanam dan tebang pilih. Maksud dari tebang pilih adalah memilih pohon mana yang harus ditebang. Jangan sampai brutal dengan menghabisi semua pohon yang ada. Seperti namanya tebang tanam berarti setelah ditebang maka tanam kembali tunas pohon baru yang harus dirawat sepanjang waktu.

4. Penghijauan dan Reboisasi

Serupa dengan langkah yang pertama tentang menanam pohon, reboisasi memiliki arti yang mirip yaitu penanaman hutan kembali. Biasanya, upaya reboisasi dilakukan secara masif melibatkan pihak pemerintahan ataupun dinas lingkungan. Reboisasi atau penghijauan dimaksudkan agar keadaan hutan yang rusak akibat pembalakan liar atau kebakaran bisa kembali seperti keadaan semula.

5. Mengurangi Penggunaan Kertas

Langkah bagaimana cara melestarikan hutan terakhir adalah mengurangi penggunaan kertas. Ini dilakukan agar penebangan pohon oleh perusahaan yang memproduksi kertas bisa dikurangi. Saat ini banyak sekali alternatif mengurangi penggunaan kertas seperti menggunakan teknologi dengan melibatkan aplikasi penyimpanan dokumen digital yang tersedia secara gratis.

6. Mendengarkan lagu Dengar Alam Bernyanyi

Adalah Laleilmanino, grup musik baru yang terdiri dari Arya Aditya Ramadhya, Ilman Ibrahin dan Anindyo Baskoro yang merilis single terbaru berjudul Dengar Alam Bernyanyi. Lagu ini diciptakan untuk memperingati Hari Bumi Sedunia pada 22 April 2022 yang didedikasikan #UntukmuBumiku. Lagu berirama lembut ini tercipta saat trio Laleilmanino berkunjung ke kawasan Situ Gunung, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Laleilmanino juga melakukan #TeamUpforImpact dengan mengajak Chicco Jerikho, Sheila Dara dan HiVi! dalam project kali ini.




Lirik Lagu Dengar Alam Bernyanyi

Berikut adalah lirik lagu Dengar Alam Bernyanyi karya Laleilmanino

 

Bila kau ada waktu

Lihat aku di sini

Indah lukisan Tuhan

Merintih ingin kau kembali

Beri cintamu lagi

Bila kau jaga aku

Kujaga kau kembali

Berhentilah mengeluh

Ingat, kau yang pegang kendali

Kau yang mampu obati

Sudikah kau kembali?

Pandanglah indahnya biru yang menjingga

Simpanlah gawaimu, hirup dunia

Sambutlah mesranya bisik angin yang bernada

Dengar alam bernyanyi

Bila kau lelah dengan panasnya hari

Jagalah kami agar sejukmu kembali

Bersatulah, hajar selimut polusi

Ingatlah, hai, wahai kau manusia

Tuhan menitipkan aku

di genggam tanganmu..

Pandanglah indahnya biru yang menjingga

Simpanlah gawaimu, hirup dunia

Sambutlah mesranya bisik angin yang bernada

Dengar alam bernyanyi

 

Lalu apa korelasinya antara mendengarkan lagu Dengar Alam Bernyanyi ini dengan pelestarian hutan di Indonesia? Jadi selain liriknya yang mengajak kita untuk lebih mengenal alam dan tentunya juga menjaga kelestariannya alam dan hutan. Dengan mendengarkan lagu #DengarAlamBernyanyi melalui Youtube, Apple Music dan Spotify kita bisa ikut berkontribusi menjaga hutan karena sebagian dari royalti lagu ini akan disumbangkan untuk konservasi dan restorasi hutan. Agar makin banyak dana yang terkumpul, kalian bisa mengajak keluarga, teman, saudara dan siapa saja untuk ikut mendengarkan lagu ini bersama. #HutanKitaSultan

 


 

Referensi:

https://rimbakita.com/deforestasi/

https://ihwan.wordpress.com/2011/03/12/lambau-hutan-kota-yang-terbengkalai/

https://www.kreditpintar.com/education/bagaimana-cara-melestarikan-hutan

 

1 comment

  1. Seru ya masa kecil dulu main masih sama alam, apalagi di daerah pelosok masih banyak hutan dan cagar alam yang bisa dikunjungi. Eh, tapi udah ada degradasi hutan banyak banget, sayang banget sih kalau lihat hutan rata dengan tanah. Terima kasih sharingnya!

    ReplyDelete

Popular Posts