Setiap kali mudik ke Blitar kami selalu mengagendakan untuk mengunjungi
objek-objek wisata di Kota Patria, baik itu yang sudah terkenal maupun yang
baru atau yang sudah terlupakan. Kami selama ini lebih memilih objek wisata
yang baru atau yang sudah terlupakan, pokoknya yang nggak main stream lah. Nah
sebelum puasa kemarin kami mudik dan memutuskan untuk mbolang ke Taman Wisata
Bendung Lodoyo yang ada di Dusun Serut, Desa Gogodeso, Kecamatan Kanigoro,
Kabupaten Blitar.
Jarak Bendungan Serut dari pusat kota Blitar sekitar 25 km, kalau dari
rumah mertua yang ada di Wlingi tentunya lebih jauh lagi. Untung cuacanya
bersahabat sehingga perjalanan yang cukup jauh itu jadi terasa lebih ringan,
apalagi kami meminjam motor matic milik Ibu Mertua gowesnya makin asyik aja.
Aim pun bisa berdiri di depan, dia senang sekali bisa melihat pemandangan di
sepanjang jalan karena selama ini kalau bepergian selalu duduk di tengah.
Kami tiba di Taman Wisata Bendung Lodoyo pukul setengah lima sore, dari
kejauhan tampak gapura sebagai akses pintu masuk ke taman. Ternyata taman
wisatanya sudah tutup namun untung saja oleh petugasnya kami diijinkan masuk.
Kirain ya karena sudah tutup bakal dikasih gratis, eh ternyata tetap harus
bayar tiket masuk wekekeke. Kami dikenai biaya masuk Rp.7.000 saja, itu
sekalian dengan ongkos parkir.
Karena sudah tutup maka ketika kami masuk ke dalam Taman Wisata Bendung
Lodoyo suasana sudah sepi dan tinggal beberapa pengunjung saja. Namun hal itu
tak mengurangi semangat kami untuk menikmati liburan. Di dalam Taman Wisata
Bendung Lodoyo ini terdapat Bendungan Serut yang membendung Sungai Brantas.
Entah karena namanya terlalu panjang, taman wisata ini lebih dikenal dengan
nama Bendungan Serut.
Setelah memarkir motor di dekat salah satu gazebo kami pung berjalan
mendekat ke waduk yang dibatasi dengan pagar besi setinggi 1,5 meter. Waduk di
Bendungan Serut ini cukup besar dan dalam, hal ini terlihat dari airnya yang
tenang. Di seberang waduk tampak pemandangan berupa hutan yang lebat dan sebuah
bukit yang entah namanya apa.
Area di Taman Wisata Bendung Lodoyo yang luas ini sebenarnya sudah
tertata dengan bagus, di tengah taman ada air mancur dan jalan-jalan paving
yang membagi taman menjadi beberapa bagian. Di setiap kanan-kiri jalan ditanami
pepohonan yang rindang seperti palem dan cemara. Tapi seperti objek wisata di
daerah pada umumnya, kondisi Taman Wisata Bendung Lodoyo ini kurang terawat.
Entah mungkin pengelolanya kurang peduli atau kurang piknik sehingga tidak
memiliki referensi bagaimana mengelola bendungan agar menjadi objek wisata yang
jauh lebih menarik.
Bangunan Bendungan Serut tampak berdiri kokoh di sebelah Barat, seperti
Bendungan Karangkates dan Lahor, bangunan Bendungan Serut juga dipergunakan
sebagai jembatan. Bendungan ini mempunyai luas area 57.770 m2 dan dapat
memproduksi listrik hingga 4,5 MW. Sayang saya tidak mendapatkan referensi
pasti kapan dibangunnya Bendungan Serut ini, namun jika melihat data bendungan
yang lain dan kondisi bangunannya yang sama, sepertinya bendungan Serut ini
dibangun sekitar tahun 70an.
Berikut adalah foto-foto Bendungan Serut yang kami ambil dari balik
pagar.
Dan ini foto narsis anggota Keluarga Biru. Tapi hari itu dress code kami
bukan warna biru melainkan hijau dan kuning. Saya dan Aim kompakan memakai
jaket berwarna hijau, sedangkan Mama Ivon memakai gamis cantik warna kuning dan
hijau. Ini sekaligus memenuhi tantangan Mbak Zulfa di postingan yang
sebelumnya, waktu itu beliau menantang kami apakah berani melanggar larangan
Mbah Dukun yaitu foto dengan memakai baju selain warna biru. Sudah lunas ya
Mbak tantangannya wekekekeke.
Di Taman Wisata Bendung Lodoyo ini ada beberapa objek menarik yang bisa
menghibur pengunjung. Seperti yang saya tulis sebelumnya, di tengah taman ada
air mancur namun sayang airnya mati. Lalu ada juga beberapa ayunan, tapi ya
gitu deh kondisinya sudah memprihatinkan. Papan kayu buat duduknya sudah hilang
entah kemana.
Objek yang paling besar dan menarik perhatian adalah buldoser kuning
yang berdiri dengan gagahnya. Saya mengajak Aim untuk berfoto di depan buldoser
tersebut namun dia kurang tertarik. Mungkin karena kondisi buldoser yang
berlumut dan berkarat sehingga kurang menarik di matanya.
Setengah jam sudah kami berada di Taman Wisata Bendung Lodoyo, kami pun
memutuskan untuk cabut saja karena hari juga sudah mulai petang. Saya
berinisiatif mencari jalan keluar di sebelah Barat. Eh ternyata jalannya buntu
namun kami mendapati sebuah objek yang menarik yaitu kandang besi yang berisi
beberapa rusa!
Kami nggak menyangka bisa melihat rusa di dalam taman wisata ini. Aim
yang belum pernah melihat rusa langsung berseru: Embek-Embek!
“Itu bukan kambing Im, itu rusa,” saya menjelaskan pada Aim.
“Embek-embek!”
Kalau tidak salah ada 6-7 ekor rusa di dalam kandang tersebut, terdiri
dari tiga rusa induk dan anak-anaknya. Salah satu induknya ada yang sedang
hamil.
Tapi ya lagi-lagi kondisinya kurang terawat, baik itu kandang maupun
rusanya. Kandangnya sudah berkarat dan kotor. Rusa-rusanya juga kurus, terlihat
dari tulang punggung mereka yang tampak menonjol. Sayang sekali memang, semoga
rusa-rusa itu lekas dapat perawatan yang lebih baik.
Setelah puas melihat rusa, kami pun balik arah dan kembali ke pintu
tempat kami masuk tadi. Seperti biasa, setelah mendatangi objek-objek wisata di
daerah yang tidak terawat dan terlantar ada perasaan sedih yang menggelayut di
hati. Di ibukota dan kota-kota besar lainnya, pembangunan seperti tiada
habisnya. Gedung-gedung bertingkat mulai dari perkantoran hingga apartemen
terus dibangun, objek-objek wisata di sana jauh lebih terawat bahkan
bermunculan objek-objek wisata yang baru. Tapi di daerah?
Jangankan objek wisata, fasilitas yang penting seperti gedung sekolah
pun banyak yang tidak terawat. Sudah banyak cerita bagaimana anak-anak di
daerah harus puas belajar di kelas yang sempit, bercampur dengan kakak atau
adik kelas karena terbatasnya jumlah ruangan. Bahkan yang lebih parah ada yang
atap kelasnya bocor bahkan mau ambruk.
Hmm kenapa saya jadi ngelantur ngomongin soal pemerataan pembangunan
yak? Ya semoga PemKab Blitar tergerak hatinya untuk merenovasi Taman WisataBendung Lodoyo agar lebih terawat, bersih dan bagus. Dengan begitu akan menarik
lebih banyak pengunjung dan mampu membangkitkan geliat ekonomi penduduk
sekitarnya, aamiin.
Sumber data:
http://dprd-blitarkab.go.id/index.php/2012-12-16-18-26-17
hmm, tempatnya bagus juga mas, apalagi kalo buat selfi .. hihi
ReplyDeleteHati-hati kalo selfie, ntar mendadak ada penampakan di belakangmu :P
DeleteEh mama ivon masih pantes yaaa main ayunan hahaha
ReplyDeleteMakasih, Berarti istriku awet muda he3
DeleteIya, gamisnya Ivon memang cantik. Buldosernya nggak dipake lagi ya?
ReplyDeleteAim takut nggak sama Rusa?
Enggak Mbak, sudah rusak itu kayaknya.
DeleteEnggak, malah pengin ndeketin mulu.
Samping kantorku dulu ada lapangan besar yang ada rusanya. Aih jadi kangen >.<
ReplyDeleteKeren dong kantornya, main lagi aja ke sana, sekalian nostalgia ama si doi ups keceplosan :P
Delete*kaboor*
Doi mana? udah kawiiin hahaha
DeleteIya sebelahan dengan PT Pusri kantorku dulu
Eh ada yang ngomongin PT. Pusri.. itu dulu tempat kerja papaku :)
DeleteWaah ternyataa :D ke Palembang kudu main ke Pusri dong mbak Dee :D
DeleteEnak juga ya tempatnya... sayang kalau akhirnya dibiarin gak keurus. Masyarakat kita kan juga butuh piknik, kakaaaaaak.. :)
ReplyDeleteBelum kesini, jarang sekali ke Blitar.
ReplyDeleteItu gamisnya cantik, secantik yang pakai :)