Ramadhan Pertama Tanpa Kehadiran yang Tercinta

 

Ramadhan 2021
sumber foto: gettyimage

Ramadhan 2021 sudah menginjak hari kelima. Ramadhan tahun ini kita masih harus bergelut dengan pandemi Covid 19 yang kita tidak tahu kapan akan enyah dari muka bumi ini. Pandemi membuat Ramadhan kita berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Sebelum ada pandemi, kita bisa menjalankan ibadah puasa di rumah, sekolah, kampus atau tempat kerja. Kita juga bisa dengan bebas menjalankan sholat tarawih di musholla dan masjid tanpa ada rasa was-was tertular virus Covid 19.

Menjelang sore biasanya jalan atau pasar Ramadhan sudah ramai dengan para penjual takjil dan pemburu kuliner takjil. Yang suka bukber biasanya sudah disibukkan dengan agenda bukber dengan teman kerja, teman masa sekolah atau kuliah. Trus ada juga yang semangat ngemall buat membeli baju baru. Namun karena Corona, semua aktivitas di atas tak lagi bisa kita lakukan.

Ya walaupun tidak kita pungkiri, di beberapa kota atau daerah ada yang seperti tidak terpengaruh dengan adanya virus ini. Mereka tetap bisa menjalankan semua aktivitas khas Bulan Ramadhan seperti tahun-tahun sebelumnya. Salah satunya di tempat tinggal saya hehehe. Tahun lalu saat virus Covid masih baru masuk Indonesia dan pemerintah gencar menghimbau agar masyarakat menjalankan semua aktivitas di dalam rumah, masjid di tempat tinggal saya tetap menjalankan sholat Tarawih berjamaah di masjid.

Pandemi juga membuat banyak orang terpaksa menjalani Ramadhan 2021 tanpa kehadiran orang terkasih. Ada yang kehilangan orang tua, anak, suami atau istri, kerabat dan sahabat. Salah satu sepupu Mama Ivon harus kehilangan suami tercinta karena Covid 19. Saya tak sengaja melihat postingannya sehari sebelum Ramadhan 2021, dia mengupload makan almarhum suaminya. Captionnya cukup menyentuh hati, intinya ini adalah Ramadhan pertama yang harus dijalani oleh keluarga kecilnya tanpa kehadiran suami tercinta. Bisa dibayangkan kesedihan yang dirasakan, kini tak ada lagi suami yang biasanya memimpin sholat berjamaah atau mengajari anak-anak mengaji di rumah. Kini sepupu kami harus bisa menjadi ibu sekaligus ayah bagi anak-anaknya.

Menjalani Ramadhan pertama tanpa kehadiran orang terkasih memang cukup berat. Suami yang kehilangan istri, harus beradaptasi melakukan sahur tanpa ada yang membangunkan dan memasakkan hidangan sahur. Anak-anaknya juga harus mulai belajar mandiri melakukan pekerjaan di rumah yang biasanya dikerjakan oleh ibu.

Saya sendiri pada Ramadhan 2021 ini tak lagi bisa melihat ibu tercinta, beliau dipanggil oleh pada bulan Oktober 2020. Almarhum Ibu sudah pernah menderita stroke saat saya mau menikah pada tahun 2012, Alhamdulillah bisa pulih seperti sedia kala setelah menjalani perawatan selama 3 bulan. Beliau terkena serangan stroke kedua pada tahun 2020, sebelum Covid 19 masuk ke Indonesia. Serangan kedua ini lebih hebat sehingga menyebabkan Ibu tak bisa lagi beraktivitas seperti biasanya. Hampir setahun beliau hanya bisa terbaring di tempat tidur, apalagi selama pandemi kami khawatir jika membawa beliau ke rumah sakit. Jadi kami merawat beliau dengan obat jalan dari dokter.

Pada akhir November 2020, Ibu mulai mengalami penurunan kesadaran bahkan kejang-kejang. Melihat kondisi Ibu yang kritis akhirnya kami nekat membawanya ke rumah sakit. Sebelum menjalani rawat inap, Ibu harus menjalani tes SWAB. Alhamdulillah beliau tidak terjangkit virus Covid 19. Ibu hanya menjalani rawat inap selama 3 hari sebelum akhirnya Allah memanggil beliau pada tanggal 2 Oktober 2020. Yang paling terasa perbedaannya setelah Ibu wafat adalah saat hari lebaran tiba, biasanya setelah sholat Idul Fitri saya tidak akan bersalaman atau bermaaf-maafan dengan orang lain sebelum sungkem dan meminta maaf pada Ibu.

Semuanya pasti akan mengalami hal yang sama, kita tidak tahu kapan hal itu akan terjadi. Bisa jadi tahun depan kita akan menjalani Ramadhan pertama tanpa kehadiran suami/istri tercinta atau mungkin Ramadhan 2021 ini adalah Ramadhan terakhir kita? Kita tidak tahu.

Yang bisa kita lakukan adalah berdoa memohon kepada Allah agar diberikan umur panjang agar bisa mendampingi keluarga tercinta lebih lama, menua bersama pasangan tercinta, menyaksikan anak-anak beranjak dewasa dan meraih impian dan kesuksesan mereka, aamiin YRA.

 

1 comment

  1. Bisa dibayangkan perasaan sepupunya, Mas, tentu berat kehilangan orang tersayang yang selama ini diandalkan. Jadi partner dalam banyak kegiatan di rumah. Apalagi kalau ibu kandung yang sangat kita cintai. Ya kangen wajahnya, senyumnya, kebaikan hatinya, masakannya, dan banyak banget kebisaan ibu yang bakal kita rindukan. Semoga diberi kesabaran ya Mas, terus berdoa utk ibunda agar dilapangkan kuburnya, aamiin.

    ReplyDelete

Popular Posts